Suara.com - Sebuah penelitian menemukan superbug atau bakteri mematikan pada landak. Para ilmuwan di Finlandia menemukan landak terinfeksi MRSA yang kebal antibiotik.
Bakteri yang sulit diobati umum terjadi di rumah sakit dan terlalu sulit untuk antibiotik normal bekerja, sehingga membuatnya mematikan bagi pasien yang lemah.
Para ilmuwan mengatakan menemukan bakteri ini di alam liar, yang berarti bakteri menyebar dengan cepat dan akan terus berevolusi.
Kepala kesehatan mengatakan resistensi antibiotik sekarang menjadi salah satu ancaman utama bagi kelangsungan hidup manusia dan dapat membuat infeksi umum atau operasi mengancam jiwa.
Baca Juga: Kanker Paru-Paru Stadium 4 Sembuh, Kiki Fatmala Sebut Mukjizat: Bagi Tuhan Tak Ada yang Mustahil
"Penularan dari manusia ke satwa liar perkotaan dapat menciptakan reservoir di lingkungan dari mana resistensi yang signifikan dapat menyebar," kata penulis studi, Venla Johansson dikutip dari The Sun.
Penelitian tersebut menemukan 10 persen landak di pusat penyelamatan di Helsinki membawa versi bakteri resisten yang sangat menular.
Bakteri ini termasuk MRSA, E.coli dan Klebsiella pneumoniae yang berisiko kebal daru obat-obatan garis terdepan, termasuk penisilin.
Penderita bisa mengalami infeksi saluran kemih yang membandel, demam, infeksi kulit dan gangguan pernapasan.
Studi itu juga menemukan beberapa bakteri dua kali lebih umum pada landak seperti pada manusia.
Meskipun landak memang membawa bakteri ini, mencuci tangan setelah memegangnya sudah cukup untuk mencegah serangga tersebut.
Ms Johansson, seorang mahasiswa PhD, mengatakan hewan seperti landak biasanya terinfeksi bakteri mematikan ini dari sampah, limbah dan peternakan.
Kepala kesehatan global di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mencantumkan resistensi antibiotik sebagai salah satu bahaya kesehatan utama dalam studi yang dipresentasikan pada Kongres Eropa Mikrobiologi Klinis & Penyakit Menular.
Sebuah studi oleh Universitas Oxford tahun ini juga memperkirakan 1,27 juta kematian di seluruh dunia disebabkan oleh infeksi yang tidak dapat diobati pada 2019.
"Resistensi antibiotik meningkat ke tingkat yang sangat tinggi di semua bagian dunia. Mekanisme resistensi baru muncul dan menyebar secara global, hingga mengancam kemampuan kita untuk mengobati penyakit menular umum lainnya," jelasnya.