Suara.com - Kementerian Kesehatan atau Kemenkes mengatakan ada beberapa langkah yang bisa diambil dari penanganan kusta untuk eliminasi Tuberkulosis (TB) atau TBC di Indonesia.
Salah satunya adalah keterlibatan masyarakat, yang lebih tahu kondisi dan karakter di sekitarnya. Apalagi pemerintah memiliki keterbatasan SDM yang kerap jadi tantangan.
TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis di paru-paru. Kondisi ini, kadang disebut juga dengan TB paru.
Sedangkan Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, serta saluran pernapasan.
Baca Juga: Kemenkes Jangan Lagi Cari-cari Alasan, Segera Laksanakan Putusan MA soal Vaksin Halal
Koordinator Substansi Tuberkulosis, Kemenkes RI, dr. Tiffany Tiara Pakasi, bercerita saat dirinya terlibat dalam penanganan kusta di Indonesia, yang melibatkan masyarakat untuk bersama-sama memberi edukasi.
"Bikin ownership dan leadership menjadi kuat, di wilayah tertentu, sampai akhirnya berangkat dari bottom up akhirnya bisa mengakses dana desa," ujar Tiara dalam acara Program Desa Stop TB Partnership Indonesia, Kamis (21/4/2022).
Dengan leadership atau kepemimpinan yang dilakukan masyarakat, menurut Tiara akan jauh lebih efektif dan bisa mengena ke masyarakat. Ini karena masyarakat langsung yang peduli pada masalah kusta di sekitarnya.
Tiara mengakui, ada sebagian masyarakat yang malu dengan kusta. Namun yang lebih mengugah adalah, banyak orang yang justru peduli dan prihatin pada mereka yang malu dengan kustanya.
Hasilnya, mereka yang prihatin inilah yang turun langsung membantu mengatasi masalah kusta di sekitarnya.
Baca Juga: Kemenkes Siapkan 13.968 Pos Kesehatan Di Sepanjang Jalur Mudik Lebaran 2022
"Akhirnya, bersatu dan semangat pas dijelasin. Jadi nggak usah stigma macem-macem, melalui program desa sahabat kusta dan lain-lain akhirnya maju," tutur Tiara.
Lebih lanjut ia berharap progam dan metode ini bisa diaplikasikan dan ditetapkan masyarakat untuk eliminasi TBC di Indonesia. Apalagi SDM dan pendanaan untuk TBC ini, kata Tiara lebih banyak dibanding kusta.
"Untuk TB ini sedikit berbeda dengan kusta, mungkin artinya resources lebih banyak, tapi tentunya resources kalau bilangnya hibah luar negeri dan lain-lain, tentunya itu tidak sustainable, sehingga penguatan praktik baik, partisipasti masyarakat, bisa mengakses sumber-sumber atau resources yang memang milik sendiri sumber diri sendiri, itu akan baik," tutup Tiara.