Suara.com - Seorang wanita asal Spanyol sudah tertular Covid-19 sebanyak dua jali dalam tiga minggu. Ini menjadi kasus reinfeksi tercepat yang pertama kali diketahui.
Wanita tersebut pertama kali terinfeksi varian Delta pada 20 Desember tahun lalu.
Sebelumnya, wanita tersebut sudah divaskinasi lengkap dan mendapat booster 12 hari sebelum infeksi pertama, lapor The Sun.
Ketika terinfeksi varian Delta, wanita tersebut tidak mengalami gejala apa pun. Namun, ia tetap karantina mandiri selama 10 hari penuh sebelum kembali bekerja.
Baca Juga: Kenapa Seseorang Bisa Mengalami Reinfeksi Covid-19? Simak Ulasannya di Sini!
Lalu pada 10 Januari, 20 hari setelah tes positif pertama, ia merasa tidak enak badan, dengan demam serta batuk. Ia pun kembali melakukan tes Covid-19, dan hasilnya kembali positif.
Varian Omicron dikenal jauh lebih menular dari Delta, dan dapat menghindari sistem kekebalan yang sudah terbangun, baik dari vaksin maupun infeksi.
Meski begitu, Omicron cenderung menyebabkan infeksi lebih ringan dan penderita akan sembuh dalam beberapa hari.
"Kasus ini menyoroti potensi varian Omicron untuk menghindari kekebalan sebelumnya yang diperoleh baik dari infeksi alami dari varian lain atau dari vaksin," jelas penulis studi Gemma Recio dari Institut Catal de Salut, Tarragona, Spanyol.
Kata lainnya, orang yang sudah pernah terinfeksi tidak dapat berasumsi bahwa mereka terlindungi dari infeksi ulang. Bahkan, jika sudah divaksinasi sebelumnya.
Baca Juga: Benarkah Terinfeksi Varian Omicron Berisiko Reinfeksi Subvarian BA.2? Ini Temuan Peneliti!
Namun, vaksin Covid-19 dapat melindungi orang yang terinfeksi dari penyakit parah dan rawat inap.
"Kasus ini juga menggarisbawahi kebutuhan untuk melakukan pengawasan genomik virus dari infeksi pada mereka yang divaksinasi penuh dan infeksi ulang," sambungnya.
"Pemantauan semacam itu akan membantu mendeteksi varian dengan kemampuan untuk menghindari sebagian dari respons imun," tandasnya.