Ternyata Ini Alasan Mengapa Sebagian Besar Perokok Tidak Menderita Kanker Paru-Paru

Rabu, 20 April 2022 | 12:38 WIB
Ternyata Ini Alasan Mengapa Sebagian Besar Perokok Tidak Menderita Kanker Paru-Paru
Ilustrasi merokok (freepik.com/ArthurHidden)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peneliti telah lama menyoroti alasan sebagian besar perokok tidak mengembangkan penyakit kanker paru-paru, meski dalam peringatan nya merokok adalah penyebab utama.

Dalam studi baru, peneliti melihat beberapa perokok memiliki mekanisme kuat yang melindungi mereka dari kanker paru-paru, yakni dengan membatasi mutasi.

Studi ini terbit di Nature Genetics pada Senin (11/4/2022).

Mutasi yang disebabkan merokok

Baca Juga: Hati-hati, Rasa Sakit pada Lidah Bisa Jadi Gejala Kanker Paru-paru

Peneliti sudah lama mengasumsikan bahwa merokok memicu mutasi DNA pada sel paru-paru sehingga menyebabkan kanker paru-paru.

"Tapi itu tidak pernah bisa dibuktikan sampai penelitian kami, karena tidak ada cara akurat untuk mengukur mutasi pada sel normal," jelas penulis studi senior Jan Vijg.

Ilustrasi merokok.[Unsplash/Irina Iriser]
Ilustrasi merokok.[Unsplash/Irina Iriser]

Namun, ilmuwan dari Albert Einstein College of Medicine ini mengatasi hambatan tersebut dengan mengembangkan metode yang lebih baik dalam mengurutkan seluruh genom sel tunggal.

Peneliti menemukan mutasi terakumulasi dalam sel paru-paru non-perokok seiring bertambahnya usia. Tetapi ada lebih banyak mutasi pada perokok.

“Secara eksperimental ini menegaskan bahwa merokok meningkatkan risiko kanker paru-paru dengan meningkatkan frekuensi mutasi," jelas ahli paru Simon Spivack dari Montefiore Health System.

Baca Juga: Kanker Paru-Paru Bisa Sebabkan Gejala Hemoptisis, Apa Itu?

Menurutnya, kemungkinan itu alasan sedikit non-perokok yang terkena kanker paru-paru dan 10% hingga 20% perokok mengalaminya.

Temuan lainnya adalah jumlah mutasi sel meningkat sejalan dengan jumlah tahun merokok. Tapi yang menarik, peningkatan mutasi sel terhenti setelah 23 bungkus tahun paparan.

“Perokok terberat tidak memiliki beban mutasi tertinggi,” kata Spivack, dilansir Eurekalert.

Para perokok berat telah bertahan begitu lama hingga dapat menekan akumulasi mutasi lebih lanjut. Artinya, tubuh telah membatasi jumlah sel yang bermutasi.

"Meratakan mutasi ini dapat berasal dari mereka yang memiliki sistem yang sangat mahir untuk memperbaiki kerusakan DNA atau mendetoksifikasi asap rokok," sambungnya.

Temuan ini telah mengarah ke arah penelitian baru.

"Kami sekarang ingin mengembangkan tes baru yang dapat mengukur kapasitas seseorang dalam perbaikan DNA atau detoksifikasi. Ini dapat menawarkan cara baru untuk menilai risiko terkena kanker paru-paru," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI