Bulan Imunisasi Anak Nasional, Ini 3 Strategi Pemerintah untuk Tingkatkan Cakupan Imunisasi

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 19 April 2022 | 05:05 WIB
Bulan Imunisasi Anak Nasional, Ini 3 Strategi Pemerintah untuk Tingkatkan Cakupan Imunisasi
Petugas Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat memberikan vaksin DPT (Difteri, Tetanus, dan Pertusis) ke Mahasiswa Universitas Tarumanegara (UNTAR) di Jakarta, Jumat (15/12).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bulan Imunisasi Anak Nasional menjadi cara pemerintah untuk mengejar ketertinggalan cakupan imunisasi yang turun di masa pandemi COVID-19.

Terkait hal ini, Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan dr. Prima Yosephine, MKM mengatakan pemerintah akan menjalankan tiga strategi pada BIAN mendatang guna meningkatkan cakupan imunisasi.

Salah satu strategi tersebut adalah imunisasi kejar yang mencakup vaksin polio, jenis oral polio vaccine (OPV) atau vaksin tetes dan inactivated polio vaccine (IPV) atau vaksin suntik, dengan tujuan melengkapi status imunisasi balita yang belum atau terlambat diimunisasi sesuai jadwal.

Selain itu, strategi dalam BIAN juga termasuk imunisasi tambahan campak rubella yang bertujuan untuk memberikan dosis tambahan tanpa memandang status imunisasi, serta pelaksanaan perluasan dan introduksi vaksin baru bertujuan untuk menambah kekebalan terhadap penyakit-penyakit tertentu.

Baca Juga: Manfaat Imunisasi Anak Bukan Cuma untuk Cegah Penyakit Menular, Tapi Juga Menurunkan Risiko Stunting

INFOGRAFIS: Cara Aman Imunisasi Anak di Tengah Pandemi
INFOGRAFIS: Cara Aman Imunisasi Anak di Tengah Pandemi

Prima mengatakan pandemi COVID-19 yang sudah melanda sejak awal tahun 2020 telah memberikan dampak penurunan cakupan imunisasi yang cukup signifikan.

"Pandemi COVID-19 ini memang mempengaruhi pelaksanaan program kesehatan termasuk imunisasi rutin sehingga dibutuhkan dukungan banyak pihak untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan imunisasi rutin," kata Prima dikutip dari ANTARA.

Prima menyebutkan, berdasarkan data yang ia himpun, terjadi penurunan cakupan imunisasi di tingkat global, dari 86 persen pada 2019 turun menjadi 83 persen pada 2020.

Sementara di Indonesia sendiri, penurunan cakupan imunisasi untuk semua jenis antigen terjadi pada kurun waktu tahun 2020 dan 2021, dibandingkan capaian cakupan imunisasi pada tahun-tahun sebelumnya.

Berdasarkan data laporan cakupan imunisasi rutin, cakupan imunisasi dasar lengkap pada 2021 sebesar 84,22 persen dari target yang ditetapkan 93,6 persen. Dalam periode 2019 hingga 2021, Prima menyebutkan sebanyak 1,7 juta anak belum mendapat imunisasi dasar lengkap.

Baca Juga: Kemenkominfo: Tak Ada Pelanggaran HAM dalam Penerapan Aplikasi PeduliLindungi

Selain itu, Prima juga mengatakan bahwa cakupan imunisasi campak rubella pada anak usia di bawah dua tahun (baduta) juga mengalami penurunan dalam kurun waktu 2019 sampai tahun 2021.

"Kondisi ini tentu akan menurunkan tingkat kekebalan komunitas dan menimbulkan daerah-daerah kantong yang berpotensi untuk menjadi sumber kasus-kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), bahkan bisa menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) PD3I," kata Prima.

Menurutnya, Pekan Imunisasi Dunia 2022 yang diperingati setiap minggu terakhir bulan April menjadi momentum yang tepat dan strategis dalam meningkatkan kembali kesadaran mengenai pentingnya imunisasi.

Prima mengatakan bahwa tantangan program imunisasi di Indonesia bukan hanya adanya daerah-daerah kantong yang berpotensi menimbulkan KLB PD3I, melainkan juga sejumlah tantangan lainnya.

"Komitmen dan dukungan dari operasional program yang belum optimal dari pemerintah daerah, masih adanya penolakan imunisasi, manajemen penyimpanan vaksin, dan sumber daya pelaksana imunisasi yang masih perlu ditingkatkan. Ini juga menjadi tantangan dalam pelaksanaan program imunisasi," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI