Suara.com - Tren positif dengan penurunan kasus COVID-19 yang terjadi di Indonesia patut dijaga, terutama jelang Mudik Lebaran 2022. Terkait hal ini, Satgas COVID-19 mengatakan setiap lapisan masyarakat bertanggungjawab untuk mencegah terjadi penularan.
"Untuk itu, kuncinya adalah tidak memberi ruang sama sekali untuk terjadinya penularan, agar tidak ada yang tertular lagi," kata Juru Bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito, dikutip dari situs resmi Satgas COVID-19, Selasa (12/4/2022).
Setidaknya ada 4 tanggung jawab pencegahan penularan yang harus diterapkan setiap individu. Diantaranya, disiplin protokol kesehatan (Prokes) 3M, memeriksakan diri atau testing COVID-19 jika bergejala atau setelah beraktivitas yang berisiko tinggi seperti perjalanan jarak jauh dan aktivitas di lokasi ramai, isolasi diri jika teridentifikasi positif, dan terakhir berpartisipasi aktif dalam program vaksinasi khususnya booster.
Dengan melaksanakan tanggung jawab tersebut, setiap individu akan senantiasa turut menjaga perbaikan kondisi COVID-19. Jika dilihat dari tren kasus nasional, dapat diamati terjadinya perbaikan pada 6 indikator penanganan.
Pertama, tren kasus positif mingguan nasional telah turun selama 7 minggu berturut-turut paska puncak gelombang ketiga. Saat ini, Pemerintah terus menekan angka kasus pada provinsi penyumbang kasus positif terbesar dalam 7 hari terakhir. Yaitu DKI Jakarta (3.895 kasus), Jawa Barat (2.318 kasus), Banten (1.256 kasus), Jawa Tengah (1.227 kasus), dan Jawa Timur (873 kasus).
Kedua, kasus aktif nasional juga menurun signifikan selama 6 minggu terakhir. Persentase kasus aktif nasional sekitar 1% jauh di bawah rata-rata dunia sekitar 8%. Meski demikian, masih ada 2 provinsi dengan peningkatan kasus aktif mingguan, yakni Papua (naik 84) dan Papua Barat (naik 15). "Kasus aktif harus dijaga agar tetap rendah, dengan menghindari penambahan orang positif seminimal mungkin, dan mencari obat untuk orang yang terinfeksi," lanjut Wiku.
Ketiga, tren penurunan selama 5 minggu berturut-turut terjadi pada angka kematian. Sayangnya, persentasenya masih lebih tinggi dari rata-rata dunia, meskipun jumlah kasus positif sudah di bawah rata-rata dunia. Perhatian lebih harus diberikan pada 5 provinsi penyumbang kematian terbesar dalam 7 hari terakhir. Antara lain, Jawa Timur (81 kasus), Jawa Tengah (47 kasus), Jawa Barat (35 kasus), DKI Jakarta (30 kasus), dan Daerah Istimewa Yogyakarta (27 kasus).
Keempat, tren pemulihan kembali meningkat. Saat ini persentasenya sekitar 7% lebih tinggi dari rata-rata dunia. Per 10 April 2022, 5 Provinsi dengan persentase pemulihan tertinggi berasal dari Papua Barat (98,5%), DKI Jakarta (98,4%), Banten (98,3%), Maluku (98,2%), serta Sulawesi Selatan (98,1%).
Kelima, tingkat BOR Nasional turun signifikan dari 40% saat puncak ketiga, menjadi sekitar 4% saat ini. Namun 5 provinsi angka BOR-nya masih di atas angka nasional. Yakni, Nusa Tenggara Timur, 8,8%, DI Yogyakarta, 8,29%, Sulawesi Tengah, 7,87%, Kalimantan Tengah, 7,71%, dan Kalimantan Utara, 7,47%.
Baca Juga: Catat! Syarat Mudik Lebaran 2022 Naik Kereta Api, Sudah Tahu?
Keenam, positivity rate atau jumlah orang terdeteksi positif dari hasil testing, menunjukkan tren penurunan signifikan. Sayangnya, penurunan ini seiring penurunan testing. Pada Januari tahun lalu, positivity rate yang rendah terjadi pada cakupan testing yang tinggi dengan angkanya melebihi 200 ribu orang per hari. Dibandingkan saat ini, jumlah orang yang diperiksa hanya di bawah 100 ribu.
Dengan melihat melihat 6 indikator tersebut, perbaikan di segala aspek dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya penularan. "Saya tekankan lagi, ini bisa dilakukan dengan kesadaran yang tinggi dari setiap masyarakat untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M, kesadaran untuk diuji, dan kesadaran isolasi diri jika positif," imbuh Wiku.
Selain itu, Pemerintah Daerah yang perlu memperbaiki indikator juga harus terus memantau dan meningkatkan kedisiplinan masyarakatnya. Seiring terus mengupayakan pengendalian posko aktif (giat posko) dan PPKM mikro, serta memastikan ketersediaan fasilitas kesehatan memadai.
Disamping perbaikan tersebut, perkembangan vaksinasi di Indonesia saat ini menunjukkan cakupan dosis pertama telah mencapai 94,88%, dosis kedua mencapai 77,62%, dan dosis booster sudah mencapai 13,27%. Pencapaian vaksinasi ini disumbangkan seluruh provinsi di Indonesia, dimana 12 provinsi diantaranya berhasil melampaui target dosis lengkap vaksinasi.
"Untuk itu, Pemerintah terus berupaya meningkatkan pencapaian vaksinasi lengkap dan dosis booster, yang juga perlu didukung oleh peran pemerintah daerah agar perlindungan dapat menjamin pemerataan tingkat vaksinasi di seluruh Indonesia," pungkas Wiku.