Suara.com - Akibat lonjakan kasus Covid-19 di Singapura selama kuartal pertama 2022, permintaan terhadap obat paracetamol juga meningkat. Perusahaan yang memproduksi paracetamol di Singapura, GSK Consumer Healthcare, mengaku telah menerima lebih banyak permintaan obat.
Pihak perusahaan mengatakan bahwa permintaan obat meningkat sejak paruh kedua tahun 2021, di tengah meningkatnya kasus Covid-19 di Singapura. Kemudian permintaan makin banyak pada kuartal pertama 2022, di tengah gelombang kasus Covid-19 akibat varian Omicron.
"Karena lonjakan permintaan varian khusus Panadol seperti Panadol Extra dan Panadol Cough and Cold, pasokannya lebih sedikit di beberapa toko, terutama selama periode puncak," kata GSK, dikutip dari Channel News Asia.
Menurut mereka, situasi saat ini telah membaik sejak pertengahan Maret.
Baca Juga: WHO Ungkap Fakta Terbaru Covid-19 Varian XE: Risiko Penularan 10 Persen Lebih Tinggi
Panadol termasuk salah satu merek obat parasetamol yang biasa digunakan untuk pereda nyeri, mengobati demam, dan sakit kepala.
Pemerintah Singapura pada Februari lalu mengumumkan beberapa langkah penanganan Covid-19 mandiri bagi pasien tidak bergejala maupun gejala ringan.
Pasien Covid-19 yang memiliki gejala ringan diminta untuk isolasi mandiri di rumah daripada dirawat di layanan kesehatan. Akibatnya, permintaan terhadap obat parasetamol yang bisa dibeli secara bebas jadi meningkat.
"Pemulihan di rumah adalah cara yang direkomendasikan. Pada gilirannya, ini menyebabkan lonjakan permintaan Panadol karena konsumen beralih ke obat-obatan yang dijual bebas untuk membantu meringankan gejala ringan demam, nyeri, batuk, dan sakit tenggorokan," kata GSK.
Baca Juga: Hati-Hati, 4 Masalah Gigi Ini Bisa Jadi Gejala Subvarian BA2 dari Varian Omicron