Suara.com - Lebih dari 2 tahun pandemi Covid-19, selama itu pula target cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) tidak tercapai hingga saat ini.
Bahkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukan 1,7 juta anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
Hal ini diungkap Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Ditjen P2P Kemenkes RI, dr. Prima Yosephine, MKM yang mengatakan bahwa dari target 93,6 persen IDL, tapi di 2020 dan 2021 hanya mencapai rata-rata 84,2 persen padahal sebelumnya di 2019 Indonesia mencapai 93,7 persen.
"Jadi dari yang tadi kita perhitungkan maka, kalau diakumulasikan ada sekitar 1,7 juta anak di Indonesia, dari tahun 2020 sampai tahun 2021, 3 tahun terakhir yang belum mendapatkan atau yang belum lengkap cakupan imunisasi dasarnya," ujar dr. Prima saat konferensi pers Pekan Imunisasi Dunia, Senin (11/4/2022).
Baca Juga: Selama Pandemi COVID-19 Belum Usai, Masyarakat Diharapkan Tak Abai dengan Penyakit Komorbid
dr. Prima juga membagikan data beberapa provinsi dengan cakupan vaksinasi dasar lengkap terendah, dan harus mendapatkan intervensi khusus seperti Kalimantan Barat, Aceh, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat dan Jawa Timur.
"Kita harus lakukan imunisasi kejar di daerah ini," jelasnya.
Menurut dr. Prima imunisasi kejar, yaitu upaya menambal berbagai cakupan vaksinasi yang terlewat perlu dilakukan untuk kembali meningkatkan kekebalan kelompok di masyarakat, dan mencegah penyakit KLB PD3I.
KLB PD3I adalah kejadian luar biasa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Adapun ancaman penyakit KLB PD3I yang bisa terjadi seperti campak rubela, difteri, hepatitis, hingga polio.
Baca Juga: Kemenkes Klaim Syarat Mudik Wajib Vaksin Booster Tidak Merepotkan Masyarakat
Ini adalah sederet penyakit yang seharusnya tidak terjadi di masyarakat, karena sudah ada vaksin yang bisa diberikan untuk mencegah penyakit itu terjadi.
"Tentu jumlah sebesar (1,7 juta anak belum imunisasi dasar lengkap) ini akan berisiko tinggi sebabkan KLB PD3i di daerah tersebut. Ini sebaran provinsi, yang harus dinaikan cakupan imunisasinya," tutup dr. Prima.