Suara.com - Saat tengah menjalankan Puasa di bulan Ramadhan, banyak orang seringkali mengalami kekurangan cairan. Dalam sebuah infografik, Ketua Indonesian Hydration Working Group, Dr. dr. Diana Sunardi, M.Gizi, SpGK, menyatakan bahwa selama bulan puasa 3 dari 5 orang dewasa di Indonesia masih belum mencukupi kebutuhan minumnya.
Selain itu ada kecenderungan mengkonsumsi minuman ringan berpemanis. Padahal air merupakan zat gizi dengan kontribusi terbesar dalah tubuh. Sebanyak dua per tiga komposisi tubuh merupakan air yang fungsinya tidak bisa digantikan oleh zat gizi lain.
Kekurangan cairan dalam tubuh dapat memberikan efek jangka pendek seperti penurunan konsentrasi, fokus, daya ingat sesaat dan bahkan bisa menyebabkan penurunan fungsi kognitif. Sedangkan dalam jangka panjang, kurangnya konsumsi cairan dapat meningkatkan risiko gangguan ginjal seperti batu ginjal dan infeksi saluran kemih.
Untuk itu, penting bagi kita untuk terus menjaga kebutuhan hidrasi terutama saat menjalankan ibadah Puasa di bulan Ramadhan seperti saat ini.
Baca Juga: 4 Tips Mengatasi Sikap Boros karena Ajakan Bukber, Yuk Terapkan!
Sayangnya, data menunjukkan bahwa 1 dari 4 orang dewasa dan 1 dari 5 anak dan remaja di Indonesia kurang mengonsumsi cairan, hal ini perlu menjadi perhatian terlebih saat menjalankan ibadah puasa.
“Selama puasa, orang cenderung menunjukkan konsumsi cairan yang lebih rendah dibanding saat tidak berpuasa, sehingga kita perlu mewaspadai risiko tersebut. Kita perlu menjaga cairan, air, dan elektrolit, untuk menghindari dehidrasi sehingga aktivitas selama berpuasa tidak terganggu. Anjuran minum minimal selama berpuasa tetap 8 gelas sehari, untuk itu maksimalkan waktu sahur, berbuka, dan setelah berbuka untuk minum, jangan hanya menunggu haus, agar kebutuhan hidrasi tubuh tetap tercukupi dengan baikl," kata Ahli Penyakit Dalam – Gastro Enterelogy, yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB FINASIM, dalam keterangannya, Senin, (11/4/2022).
Lebih lanjut, Ari mengatakan bahwa selama Ramadhan, kita juga sering lupa untuk menghindari asupan yang bersifat diuretic seperti kafein, sehingga memicu banyak buang air kecil. Mengkonsumsi makanan yang asin dan pedas juga sebaiknya dikurangi karena dapat merangsang diare sehingga perlu disesuaikan dengan masing-masing individu.
"Tidak dianjurkan juga untuk mengonsumsi banyak cairan pada satu waktu karena dapat merangsang terjadi diuresis,” tambahnya
Sementara itu, kurangnya asupan hidrasi untuk anak saat menjalankan ibadah puasa juga harus diperhatikan oleh orang tua agar anak dapat merasakan manfaat puasa secara sehat. Pada kesempatan yang sama, Ahli Ginjal Anak, Prof. Dr. dr. Sudung O. Pardede, SpA(K) menjelaskan Selama berpuasa, anak mengalami perubahan gaya hidup terutama pada pola diet dan pola istirahat sehingga menyebabkan perubahan proses metabolik.
Baca Juga: Bicara Kasar Saat Puasa, Bisa Bikin Batal? Ustadz Abdul Somad Bilang begini
"Berpuasa tidak berbahaya bagi anak dan dianjurkan anak mulai berpuasa di usia 7 hingga 8 tahun. Namun, hal ini juga bergantung pada lama berpuasa dan menyesuaikan dengan kebutuhan anak.”
Untuk itu, IHWG juga memperkenalkan aplikasi Hidrasiku yang mempunyai berbagi fitur seperti, water tracking, hydration tips, artikel serta reminder saat kita harus minum. Dengan aplikasi ini IHWG berharap dapat membantu masyarakat untuk memenuhi kecukupan hidrasi sehingga bisa membantu mengurangi risiko berbagai penyakit di kemudian hari akibat dehidrasi yang berkepanjangan.