Suara.com - Demesia dalah gejala destruktif yang terkait dengan penurunan otak, seperti kehilangan memori. Jenis demensia yang paling umum adalah Alzheimer, yang diduga disebabkan oleh protein tidak normal, seperti beta-amiloid.
Sebuah penelitian pun berusaha menemukan cara untuk mengurangi akumulasi tumpukan beta-amiloid di otak guna mencegah demensia.
Penelitian baru yang berfokus pada komponen bioaktif dari stroberi menunjukkan kemampuannya untuk mengurangi agregasi beta-amiloid di otak yang memicu demensia.
Tapi, varietas stroberi Romina paling menonjol karena daya adaptasinya yang tinggi terhadap tanah yang tidak difumigasi dan budidaya lapangan terbuka dalam kondisi iklim dari Adriatik hingga Eropa tengah-utara.
Baca Juga: Benarkah Sering Sariawan Merupakan Gejala Awal Diabetes? Ini Penjelasan Dokter
Stroberi jenis ini juga terkenal ketahanannya terhadap penyakit dan kualitas nutrisinya.
Studi ini memverifikasi kekayaan ekstrak stroberi yang digunakan dalam penelitian, terutama kandungannya dalam senyawa fenolik.
Terlepas dari manfaat kesehatannya dilansir dari Express, penelitian ini menunjukkan hubungan antara stroberi dan penyakit neurodegeneratif, seperti penyakit Alzheimer.
Penelitian ini bukan studi pertama yang menunjukkan manfaat stroberi untuk meningkatkan otak.
Sebuah studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal Nutrients menemukan bahwa orang dewasa yang lebih tua dapat mengurangi risiko demensia Alzheimer dengan meningkatkan asupan stroberi.
Baca Juga: Kurang Minum Air Tingkatkan Risiko Gagal Jantung, Kok Bisa?
Orang dewasa yang lebih tua dapat mengurangi risiko demensia Alzheimer dengan meningkatkan asupan stroberi, seperti yang ditentukan oleh para peneliti di Rush University.
Puja Agarwal dan menganalisis data yang dikumpulkan untuk Rush Memory and Aging Project (MAP) antara 2004 dan 2018.
Setelah meninjau data lengkap dari 925 peserta kuesioner frekuensi makanan tahunan (FFQs) dan evaluasi neurologis yang ekstensif, mereka menemukan hubungan antara konsumsi stroberi yang sering dan penurunan demensia Alzheimer.
Peserta berusia 58-98 tahun dan bebas demensia pada awal penelitian. Peneliti juga memiliki daftar pertanyaan khusus yang membantu memperkirakan frekuensi setiap peserta mengonsumsi stroberi.
Misalnya, peserta makan stroberi tidak pernah atau kurang dari sebulan sekali, satu sampai tiga kali sebulan, sekali seminggu atau dua sampai empat kali seminggu.
Selain itu, peserta juga dimintal menjalani tes kognitif dengan komputer, penilaian oleh ahli saraf dan klasifikasi diagnostik oleh dokter.
Asupan stroberi yang beragam, dari tidak sama sekali hingga 2 porsi seminggu. Tim peneliti menemukan peningkatan satu porsi dalam konsumsi stroberi, ada 24 persen penurunan risiko demensia Alzheimer yang terkait.
Hasil ini juga dikendalikan dari usia, jenis kelamin, pendidikan, aktivitas fisik dan kognitif, asupan buah-buahan, total kalori dan makanan lain yang mendukung kognisi.
Secara keseluruhan, peserta yang mengonsumsi satu atau lebih porsi stroberi per minggu memiliki risiko 34 persen lebih rendah terkena demensia Alzheimer. Berbeda dengan mereka tidak mengonsumsi stroberi atau kurang dari sekali per bulan.