Mengenal Gejala Dengue Shock Syndrome, Komplikasi DBD yang Mematikan

Jum'at, 08 April 2022 | 15:52 WIB
Mengenal Gejala Dengue Shock Syndrome, Komplikasi DBD yang Mematikan
Ilustrasi terjangkit DBD. (Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Saat ini, Indonesia tengah memasuki periode musim hujan. Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim hujan tahun 2022 akan terjadi di Februari dan berakhir di April-Mei mendatang.

Berbicara terkait musim hujan, maka kewaspadaan terhadap penyakit demam berdarah dengue (DBD) sebaiknya perlu ditingkatkan. Pasalnya, apabila DBD tidak segera ditindak dapat mengakibatkan komplikasi dengue shock syndrome (DSS).

DSS atau dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah komplikasi dari DBD yang sudah parah. Sindrom yang disebabkan virus dengue cenderung menyerang anak-anak di bawah usia 10 tahun dan bisa menyebabkan kematian.

Gejala DSS

Biasanya, pasien akan mengalami fase demam tinggi dalam waktu tiga hari setelah tergigit nyamuk yang terinfeksi. Kemudian ketika demam menurun, pasien mulai mengalami tanda-tanda yang serius seperti sakit perut yang parah, muntah terus menerus, perubahan suhu yang sangat drastis (dari demam ke hipotermia), napas menjadi cepat, denyut nadi melemah, kelelahan hebat, gelisah, gusi atau hidung berdarah, dan kebingungan.

DSS juga ditandai dengan perdarahan yang mungkin muncul sebagai bintik-bintik kecil darah pada kulit (petechiae) dan bercak darah lebih besar di bawah kuit (ekimosis).  Jumlah trombosit harian pada anak-anak di tahap awal demam berdarah dapat memprediksi mereka beresiko terkena DSS atau tidak.

Sindroma syok yang terjadi pada penderita DHF atau DBD disertai dengan manifestasi kegagalan sirkulasi/syok/renjatan. Penanganan renjatan pada DBD merupakan suatu masalah yang sangat penting diperhatikan karena dapat menyebabkan kematian dalam kurun waktu 12-24 jam.

Belum Ada Obat Khusus

Belum ada obat khusus yang bisa menyembuhkan infeksi virus dengue termasuk untuk mengatasi DSS. Maka dari itu, perawatan standar yang bisa dilakukan untuk pasien adalah volume replacement atau penggantian cairan intravascular yang hilang, sebagai akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas sehingga mengakibatkan plasma leakage.

Baca Juga: Kisah Cucu Presiden Jokowi La Lembah Manah Terjangkit DBD: Sempat Kritis hingga Diinfus di Rumah

Kematian dijumpai pada waktu ada pendarahan yang berat, shock yang tidak teratasi, efusi pleura dan asites yang berat dan kejang. Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk flavivirus demam berdarah.Oleh itu, pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vector nyamuk demam berdarah. Caranya adalah dengan menerapkan serangkaian tindakan pencegahan seperti memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di kamar, atau menaburkan bubuk larvasida di tempat penampungan air yang sukar dibersihkan. Di dalam rumah, warga dapat menanam tanaman pengusir nyamuk, menggunakan anti nyamuk, serta memakai kelambu saat tidur.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI