Suara.com - Penyakit menular menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sejumlah penyakit tidak menular seperti diabetes, penyakit kanker, kardiovaskuler, dan jantung menyumbang sebesar 66 persen angka kematian di Indonesia.
Oleh sebab itu, penerapan konsep pengurangan risiko (harm reduction) dinilai penting dan mendesak demi menurunkan prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia serta dampaknya yang serius.
Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO) Dimas Syailendra menyebutkan penurunan prevalensi penyakit tidak menular dan dampaknya memerlukan peran aktif seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, komunitas, hingga masyarakat.
Hal ini bertujuan untuk mengenal dan menyadari faktor pemicu penyakit tidak menular serta menyampaikan informasi terkait cara-cara mengurangi risiko terhadap penyakit tersebut dan implementasinya.
Baca Juga: Punya Keluarga dengan Riwayat Diabetes Melitus, Bagaimana Cara Mencegahnya?
“Tingginya angka kematian akibat penyakit tidak menular ini tak lepas dari masih rendahnya kesadaran masyarakat akan penyebab penyakit dan cara-cara untuk mengurangi risiko dari penyakit tersebut. Oleh karena itu, mari kita jadikan Hari Kesehatan Dunia yang jatuh pada bulan ini untuk membangun kembali kesadaran akan faktor pemicu dan aksi pengurangan risikonya,” ujar Dimas dalam keterangannya, Jumat, (8/4/2022).
Menurut Dimas, terlepas dari sebaik apapun sarana kesehatan di suatu negara, konsep pengurangan risiko, yang mengedepankan metode pencegahan dengan menerapkan pola hidup minim risiko, akan jauh lebih efektif dalam menjaga taraf kesehatan dan angka harapan hidup masyarakat. “Kita tahu bahwa mencegah selalu lebih baik daripada mengobati,” tegasnya.
Salah satu perilaku pengurangan risiko yang bisa diterapkan adalah dengan berhenti merokok. Seperti diketahui konsumsi rokok, yang melalui proses pembakaran, memicu terbentuknya beragam senyawa kimia berbahaya yang berpotensi menimbulkan beragam penyakit. Merokok merupakan salah satu faktor risiko penyebab penyakit tidak menular. Kendati demikian, Dimas menyadari bahwa berhenti merokok secara total bukan merupakan sebuah hal yang mudah dilakukan.
Oleh karena itu, para perokok dewasa dapat mempertimbangkan untuk memanfaatkan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantung nikotin untuk beralih jika sulit berhenti secara langsung.
Seperti diketahui, sejumlah penelitian mengungkapkan produk tembakau alternatif mampu mengurangi risiko hingga 90%-95% daripada rokok. Dengan demikian, perokok dewasa yang beralih menggunakan produk tembakau alternatif dapat mengurangi risiko penggunaan tembakau sekaligus memperkecil risiko terkena penyakit tidak menular.
Baca Juga: Ini Solusi Menu Sahur yang Cocok untuk Penderita Diabetes
“Saat ini teknologi sudah sangat maju, ada beragam pilihan produk tembakau alternatif yang secara ilmiah sudah terbukti memiliki profil risiko yang jauh lebih kecil dibanding rokok. Perokok dewasa yang mengalami kesulitan berhenti, bisa menggunakan produk ini sebagai alternatif pemenuhan asupan nikotin sembari mengurangi risiko dan eksternalitas yang mereka hadapi,” tambah Dimas.