Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan mengenai varian XE, varian rekombinan dari BA1 dan BA2 Omicron. WHO menyatakan bahwa tingkat infeksi varian XE ini sekitar 10 persen lebih tinggi dari varian BA2.
Sebuah studi baru-baru ini oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) juga telah mengonfirmasi prevalensi tiga varian virus corona hibrida, pertama adalah XD, kedua XF dan ketiga adalah varian XE.
Soumya Swaminathan, Kepala Ilmuwan di WHO baru-baru ini melalui Twitter menyatakan varian rekombinasi seperti varian XE bisa saja terjadi, karena virus corona tersebar luas di antara manusia dan banyak spesies hewan.
Karena itu, pengujian, pengawasan, pengurutan dan berbagi data sangat penting untuk di pantau selama pandemi virus corona. Sehingga, ahli bisa mengambil tindakan lebih cepat ketika muncul varian baru, seperti varian XE.
Virus rekombinan adalah kombinasi dari dua strain yang sudah ada sebelumnya. Virus rekombinan ini dapat diproduksi secara alami atau dengan menggabungkan potongan DNA menggunakan teknologi DNA rekombinan.
Dalam kasus virus SARs-CoV-2, strain rekombinan berbagi materi genetik dari dua strain.
Bila mengingat varian Omicron dan varian Delta yang sangat mudah menular dan mengkhawatirkan, para ahli di seluruh dunia terus mengawasi rekombinasi yang muncul.

Varian XE yang merupakan kombinasi dari varian BA1 dan BA2 Omicron pertama kali terdeteksi di Inggris pada 19 Januari 2022.
Varian XE ini berisi lonjakan dan protein struktural dari varian BA2, tetapi juga terdiri dari seperlima genom BA1 dari varian Omicron.
Baca Juga: Mengenal Virus Corona Varian XE, XD, dan XF: Gejala Hingga Tingkat Penularan
"Perkiraan awal menunjukkan keuntungan tingkat pertumbuhan masyarakat sebesar 10 persen dibandingkan dengan BA2. Tapi, temuan ini memerlukan konfirmasi lebih lanjut," kata WHO dikutip dari Times of India.