Suara.com - Hong Kong melaporkan kematian COVID-19 terbesar dalam beberapa bulan terakhir. Dampaknya, sektor pemakaman kewalahan mengurus jenazah hingga kekurangan peti mati.
"Belum pernah saya melihat begitu banyak jenazah dikumpulkan," kata direktur pemakaman Lok Chung (37 tahun) yang bekerja siang-malam memakamkan 40 jenazah pada Maret.
Biasanya dia hanya mengurus sekitar 15 jenazah sebulan.
"Belum pernah saya melihat anggota keluarga begitu marah, begitu kecewa, sangat tak berdaya," kata Chung, dikutip dari ANTARA, Rabu (6/4/2022).
![Antrian panjang warga yang mengular hingga ke jalanan untuk mengikuti tes di stasiun pengumpulan spesimen bergerak untuk pengujian Covid-19 di Distrik Tung Chung, Hong Kong, Kamis (10/2/2022). [Peter PARKS / AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/02/11/39906-hong-kong-covid-19.jpg)
Sejak gelombang kelima COVID menerjang Hong Kong tahun ini, bekas koloni Inggris itu telah mencatat lebih dari satu juta infeksi dan 8.000 lebih kematian.
Pemandangan sekumpulan jenazah yang berjajar dengan pasien di ruang gawat darurat mengejutkan banyak orang saat kamar-kamar mayat penuh.
Waktu tunggu yang lama untuk mendapatkan dokumen kematian telah menghambat pekerjaan, kata Chung, yang bergegas dari kamar mayat pekan lalu untuk mengurus pemakaman jenazah.
Kerabat seorang perempuan yang meninggal pada 1 Maret masih menunggu dokumen agar jenazahnya bisa dibawa, kata dia.
Yang juga langka ditemukan di Hong Kong adalah replika kertas berbagai benda, seperti mobil dan rumah, yang dibakar sebagai persembahan dalam prosesi pemakaman China dan dipercaya dapat dipakai oleh mendiang di alam baka.
Baca Juga: Gelombang Kelima Covid-19 di Hong Kong, Petugas Pemakaman Bekerja Siang dan Malam
Sebagian besar kelangkaan disebabkan oleh terhambatnya angkutan dari kota tetangga Shenzhen di China selatan, yang memasok banyak barang tapi kini disibukkan pula oleh wabah COVID-19.