Suara.com - Vaksin Covid-19 melindungi sebagian besar pasien kanker dari penularan dan infeksi parah virus corona Covid-19. Tapi, orang yang menderita kanker darah tidak bisa mendapatkan manfaat yang sama.
Penelitian di Indiana University Melvin and Bren Simon Comprehensive Cancer Center di Indianapolis menemukan pasien kanker darah yang vaksin Covid-19 mungkin masih berisiko tinggi terinfeksi virus corona.
"Pasien dengan kanker darah atau hematologi, termasuk leukemia, multiple myeloma, dan limfoma berisiko tinggi terinfeksi virus corona Covid-19," kata penelitian dikutip dari Fox News.
Para peneliti mengatakan mereka yang menderita kanker darah berisiko tinggi daripada jenis kanker lainnya.
Baca Juga: Mengapa Vaksin Booster Perlu Jadi Syarat Mudik? Ini Jawaban Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin
Peneliti utama studi tersebut, Jing Su, PhD, asisten profesor di Departemen Biostatistik Fakultas Kedokteran Universitas Indiana memimpin tim peneliti dari 10 lembaga penelitian di seluruh negeri untuk menganalisis data dari National COVID Cohort Collaborative (N3C) di Institut Kesehatan Nasional.
Para peneliti menemukan risiko infeksi terobosan berkurang setelah dosis vaksin kedua untuk semua pasien jenis kanker.
Tim peneliti juga mengatakan dalam laporannya vaksin Moderna lebih efektif daripada vaksin Pfizer untuk melindungi pasien dengan kanker hematologi, terutama pasien dengan multiple myeloma.
Rilis itu mengatakan tim peneliti menggunakan salah satu sumber data dunia nyata virus corona terbesar di dunia dan terbesar di Amerika Serikat.
Jing Su yang juga merupakan associate director inti data dunia nyata untuk Pusat Biostatistik dan Manajemen Data Pusat kanker mengatakan penelitian ini mencakup lebih dari 12,5 juta pasien dan 4,5 juta pasien virus corona Covid-19
Baca Juga: Dokter Reisa Ungkap Kelompok yang Boleh Mudik Tanpa Vaksinasi COVID-19
Tim peneliti tersebut memeriksa lebih dari 64.000 pasien kanker yang sudah vaksin Covid-19.
Temuan penelitian ini pun bisa membantu memandu perawatan dan pengobatan untuk pasien virus corona sekaligus pengembangan perawatan berbasis kekebalan.