Selama 2022, Biaya Manfaat Kesehatan Indonesia Diperkirakan Meningkat 14 Persen

Risna Halidi Suara.Com
Minggu, 03 April 2022 | 20:53 WIB
Selama 2022, Biaya Manfaat Kesehatan Indonesia Diperkirakan Meningkat 14 Persen
Ilustrasi asuransi (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berdasarkan laporan yang dirilis oleh Mercer Marsh Benefits (MMB), perusahaan asuransi di Asia mengalami kenaikan inflasi terkait biaya program manfaat kesehatan yang disponsori oleh perusahaan, di mana angkanya melebihi biaya sebelum pandemi.

Berdasarkan temuan dari laporan bertajuk MMB Health Trends, peningkatan biaya mencapai hingga 3,5 persen pada tahun 2020 menjadi 8,8 persen pada tahun 2021.

Di tahun 2022 ini, perusahaan asuransi memperkirakan peningkatan biaya medis hingga 10 persen atau empat kali lipat dibanding perkiraan tingkat inflasi secara umum untuk wilayah Asia.

Sedangkan untuk Indonesia, tren medis diperkirakan akan meningkat hingga 14 persen pada tahun 2022 atau hampir lima kali lipat dibanding perkiraan tingkat inflasi umum untuk negara tersebut.

Baca Juga: 3 Hobi Baru yang Penuh Manfaat: Beli Peralatannya di Shopee, Ada Diskon Sampai 30 Persen!

Laporan MMB Health Trends melakukan survei terhadap 210 perusahaan asuransi secara global, termasuk 74 perusahaan di Asia, dan mengidentifikasi tren utama yang memengaruhi masa depan manfaat kesehatan yang diberikan oleh perusahaan.

Hasil survei menunjukkan bahwa lima negara di Asia mengalami tingkat tren medis yang lebih tinggi dibanding rerata regional (8,8 persen) pada 2021, yaitu India dengan tingkat inflasi medis tertinggi sebesar 14 persen, disusul oleh China (12 persen), Indonesia (10 persen ), Vietnam (10 persen), dan Filipina (9 persen).

Secara keseluruhan, 81 persen perusahaan asuransi Asia menunjukkan peningkatan aktivitas klaim medis pada tahun 2021, meskipun 53 persen perusahaan asuransi melaporkan berkurangnya jumlah klaim medis dibandingkan sebelum pandemi.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (The Center of Disease Control and Prevention) telah mengidentifikasi penyakit tidak menular (PTM) sebagai penyebab utama kematian secara global, di mana sebanyak 62 persen dari kematian tersebut terjadi di Kawasan Asia Tenggara.

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa kanker (55 persen), penyakit pada sistem peredaran darah (43 persen) dan Covid-19 (36 persen) adalah penyebab utama klaim medis pada tahun 2021.

Baca Juga: 5 Fakta Kesehatan Seputar Minyak Kelapa: Tidak Ampuh Atasi Masalah Kulit Tapi Tinggi Antioksidan

Sementara penyakit pernapasan (47 persen), penyakit gastro-intestinal (36 persen) dan Covid-19 (34 persen) merupakan kondisi kesehatan yang paling banyak menyebabkan klaim.

"Biaya pengobatan mengalami kenaikan meskipun tingkat perawatan medis lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi."

"Hal tersebut diperburuk dengan perawatan kesehatan yang tertunda sehingga memiliki dampak yang lebih buruk dan membutuhkan biaya yang besar," kata Pemimpin Regional Asia MMB, Joan Collar dikutip dari siaran pers, Minggu (3/4/2022).

Lebih lanjut, Joan mengatakan mengurangi PTM tetap menjadi prioritas utama bagi pemberi kerja dan perusahaan asuransi untuk menjaga kesehatan karyawan dan kesejahteraan bisnis.

Dan yang terpenting, lanjutnya, manfaat kesehatan yang disponsori oleh perusahaan harus dilihat sebagai investasi untuk kesejahteraan karyawan daripada pengeluaran.

"Menyematkan produk perawatan diri dan kesehatan digital ke dalam perencanaan manfaat merupakan pilihan yang bermanfaat bagi perusahaan serta mendukung keterlibatan karyawan."

"Karyawan yang merasa dipedulikan oleh perusahaan, baik secara kesehatan maupun kesejahteraan, akan lebih termotivasi, produktif, berkomitmen, dan loyal kepada perusahaan," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI