Studi: Sering Dehidrasi di Usia Paruh Baya Berisiko Besar Mengalami Gagal Jantung di Masa Depan

Minggu, 03 April 2022 | 13:16 WIB
Studi: Sering Dehidrasi di Usia Paruh Baya Berisiko Besar Mengalami Gagal Jantung di Masa Depan
Ilustrasi minum air. (sumber: Visualphotos)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah studi baru menunjukkan tetap terhidrasi di usia paruh baya dapat menurunkan risiko gagal jantung di masa depan.

Peneliti menganalisis informasi lebih dari 11.000 orang dewasa berusia 45 hingga 66 tahun dan mengawasi mereka selama 25 tahun.

Untuk memeriksa tingkat hidrasi, para peneliti menganalisis kadar natrium dalam darah peserta, disebut natrium serum, yang meningkat saat cairan menurun.

Kisaran normal untuk natrium serum adalah 135 hingga 146 milimol per liter (mmol/L).

Baca Juga: Jelang Puasa Ramadhan, Dokter Sarankan Tetap Vaksin Covid-19 dan Jaga Hidrasi Tubuh!

Para peneliti menemukan peserta dengan kadar natrium serum di atas kisaran normal mengalami peningkatan risiko gagal jantung sebesar 39% dalam 25 tahun mendatang.

Ilustrasi minum air putih .(pexels/Artem Podrez)
Ilustrasi minum air putih .(pexels/Artem Podrez)

Studi yang terbit pada Selasa (29/3/2022) di European Heart Journal ini juga menemukan bahwa setiap peningkatan 1 mmol/L kadar natrium serum dari kisaran normal mengalami peningkatan risiko gagal jantung sebesar 5%.

Namun uji coba terkontrol tetap dibutuhkan untuk mengonfirmasi temuan ini lebih lanjut.

Berdasarkan Live Science, minum cukup cairan sangat penting untuk berbagai fungsi tubuh, termasuk membantu hantung memompa darah secara lebih mudah.

Penulis penelitian merekomendasikan bahwa secara umum wanita minum sekitar 1,5 hingga 2 liter dan pria 2 hingga 3 liter cairan per hari.

Baca Juga: Peduli Kesehatan dan Isu Lingkungan, Perusahaan Air Minum Ini Berkomitmen Hadirkan Hidrasi Sehat

Tetapi profesor penyakit dalam dan kardiologi di The Ohio State University Wexner Medical Center, Ragavendra Baliga, memperingatkan bahwa temuan ini tidak berlaku bagi semua orang. Sebab, peneliti mengecualikan penderita diabetes, obesitas, dan gagal jantung.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI