Obesitas di Indonesia Meningkat Pesat: Naik Hampir Dua Kali Lipat dalam Waktu 11 Tahun

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 01 April 2022 | 15:45 WIB
Obesitas di Indonesia Meningkat Pesat: Naik Hampir Dua Kali Lipat dalam Waktu 11 Tahun
Ilustrasi kegemukan dan obesitas. (sumber: Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengaku khawatir dengan meningkatnya angka pengidap obesitas di Indonesia yang terus meningkat.

Berdasarkan data Kemenkes, satu dari tiga orang dewasa Indonesia mengalami obesitas, dan satu dari lima anak berusia 5 hingga 12 tahun mengalami kelebihan berat badan dan obesitas.

Obesitas di Indonesia meningkat dengan angka kenaikan yang mengkhawatirkan. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi obesitas di kalangan orang dewasa Indonesia meningkat hampir dua kali lipat dari 19,1 persen pada 2007 menjadi 35,4 persen pada 2018. Kita benar-benar harus memperhatikan kecenderungan peningkatan obesitas ini,” kata Ketua Bidang Organisasi Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) dr. Dicky Levenus Tahapary, Sp.PD-KEMD, PhD, dikutip dari ANTARA, Jumat (1/4/2022).

Obesitas telah menjadi epidemi global. Stigma obesitas juga memberikan tantangan tersendiri dalam penanganan obesitas. Stigma terhadap berat badan mencakup perilaku dan sikap negatif yang ditujukan terhadap seseorang terkait dengan bobot tubuhnya. Stigma ini berbahaya dan semua orang harus memahami bahwa obesitas merupakan suatu penyakit. Obesitas tidak dapat ditangani hanya dengan mengurangi asupan makanan dan lebih banyak beraktivitas fisik.

Ilustrasi lelaki mengalami obesitas. (Shutterstock)
Ilustrasi lelaki mengalami obesitas. (Shutterstock)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kelebihan berat badan dan obesitas sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Praktisi kesehatan menggunakan BMI (body mass index atau indeks masa tubuh (IMT)) sebagai metode skrining, dan diagnosis klinis obesitas didasarkan pada kelebihan lemak tubuh abnormal yang mengganggu kesehatan.

“Untuk orang Indonesia, BMI pada tingkatan 25 termasuk kategori berat badan berlebih, dan BMI lebih dari 27 dinyatakan sebagai obesitas. Kita juga dapat memanfaatkan lingkar pinggang untuk menilai risiko seseorang terkena penyakit yang disebabkan oleh obesitas. Ukuran pinggang lebih dari 80 sentimeter untuk wanita dan lebih dari 90 sentimeter untuk pria meningkatkan risiko penyakit yang disebabkan oleh obesitas,” lanjut dr. Dicky.

Untuk mencegah dan mengatasi obesitas, diet memegang peranan penting. Diet yang biasa dilakukan sebagai bagian usaha untuk menurunkan berat badan, biasanya berfokus pada pembatasan energi untuk mengurangi berat badan.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sudah memberi rekomendasi pola makan sehat berpedoman pada gizi seimbang. Merujuk pada Isi Piringku, misalnya dalam setengah porsi piring perlu terdiri dari sayur sebanyak 2/3, buah-buahan 1/3, lalu setengah piring lagi karbohidrat 2/3 dan protein 1/3. Sementara asupan gula, garam dan garam yang disarankan yakni 50 gram atau setara 4 sendok makan untuk gula, garam tidak lebih dari 5 gram atau setara 1 sendok teh, dan lemak tidak lebih dari 67 gram atau setara 5 sendok makan.

Namun, menurut dr. Cindiawaty J. Pudjiadi, MARS, MS. Sp.GK, mengendalikan berat badan tidak cukup dengan usaha mengurangi asupan makanan dan menambah aktivitas olahraga.

Baca Juga: Cegah Diabetes, Minuman Manis dalam Kemasan Diusulkan Supaya Kena Cukai

"Kita juga harus memperhatikan apa yang kita makan, bukan hanya seberapa banyak yang kita makan. Mengurangi kalori yang efektif bukan hanya dengan sedikit makan dengan tujuan menekan asupan kalori serendah mungkin," kata Cindiawaty.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI