Obat Penyakit Rematik Dapat Mengobati Alopecia, Kondisi yang Diidap Jada Pinkett Smith

Kamis, 31 Maret 2022 | 15:34 WIB
Obat Penyakit Rematik Dapat Mengobati Alopecia, Kondisi yang Diidap Jada Pinkett Smith
Jada Pinkett Smith dan Will Smith [variety]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belakang ini, penyakit alopecia menjadi perbincangan hangat di dunia maya setelah Chris Rock membuat lelucon tidak sensitif tentang kondisi kesehatan istri Will Smith, Jada Pinkett Smith, saat gelaran Oscar 2022, Minggu (27/3/2022) lalu.

Alopecia aerata, atau dikenal alopecia, merupakan kerontokan rambut di seluruh bagian tubuh akibat sistem kekebalan menyerang folikel rambut.

Terlepas dari kasus Jada Pinkett, sebuah studi baru menunjukkan obat rheumatoid arthritis atau penyakit rematik juga dapat digunakan pada kondisi alopecia.

Meski penyakit rematik merupakan kondisi nyeri sendi dan pembengkakan, kondisi ini dengan alopecia memiliki kesamaan yakni sistem kekebalan yang menyerang sel sehat di dalam tubuh.

Peneliti melihat bukti bahwa obat radang sendi baricitinib efektif mengobati alopecia pada sepertiga pasien pada uji klinis fase tiga.

Ilustrasi obat. (Shutterstock)
Ilustrasi obat. (Shutterstock)

Meski bukan solusi sederhana bagi penderita alopecia, temuan ini bisa menjadi perkembangan medis sebagai pilihan pengobatan.

"Uji coba besar dan terkontrol ini memberi tahu kita bahwa kita dapat meringankan beberapa penderitaan dari penyakit mengerikan ini," jelas peneliti dermatologi Yale, Brett King, dilansir Science Alert.

Obat barticinib efektif pada alopecia karena protein yang disebut Janus kinase (JAK). Enzim ini adalah bagian dari jalur sinyal yang disebut JAK-STAT, yang terlibat dalam banyak area, termasuk sistem kekebalan tubuh.

Penghambat JAK seperti baricitinib mampu mengurangi respon imun pada beberapa pasien, memungkinkan folikel rambut mulai menumbuhkan rambut kembali.

Baca Juga: Sebabkan Kebotakan pada Jada Pinkett Smith, Apa Itu Alopecia Areata?

Namun, pengobatan ini memiliki efek samping pada beberapa peserta uji klinis, seperti munculnya jerawat parah, infeksi saluran pernapasan atas, sakit kepala, infeksi saluran kemih (ISK), dan peningkatan kolesterol.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI