Suara.com - Tidak melulu masalah fisik, perempuan dengan endometriosis juga dihadapkan pada sakit mental, karena mendapatkan tekanan psikologi dari berbagai pihak.
Dikatakan Psikolog, Rika Vira Zwagery kerap menemukan perempuan dengan endometriosis menderita kecemasan, gangguan suasana hati, kehilangan kontrol diri, ketakutan, merasa tidak berdaya, pesimis, hingga depresi.
Endometriosis adalah kondisi di mana jaringan yang seharusnya melapisi dinding rahim atau endometrium, tumbuh dan menumpuk di luar rahim.
Alih-alih endometrium menumpuk di dalam rahim sebagai tempat janin menempel, tapi malah tubuh di luar rahim. Ini jugalah yang menyebabkan endometriosis kerap menyebabkan infertilitas atau gangguan kesuburan.
Baca Juga: 4 Tips Menjaga Mental Tetap Sehat untuk Ibu Rumah Tangga, Cegah Depresi!
“Di tengah tekanan-tekanan yang mungkin mereka rasakan, dan pada saat bersamaan mereka harus menjalani pengobatan dalam waktu yang panjang, maka mereka akan cenderung mengalami stress bahkan depresi," ujar Rika dalam acara diskusi #DontLiveWithPain, Selasa (29/3/2022).
Rika lantas menganalogikan kondisi mental pasien endometriosis sebagai pendulum, yaitu kondisi fisik seseorang yang berdampak pada kesehatan mental. Alhasil, kondisi mental inilah yang akhirnya memperparah gejala endometriosis,
Tekanan yang menyebabkan sakit mental ini, karena perempuan endometriosis umumnya dipandang sebagai orang lemah, mudah sakit, dan kerap merepotkan karena harus izin saat gejalanya timbul, khususnya gejala nyeri saat haid yang sangat mengganggu aktivitas.
Inilah sebabnya, kata Rika perempuan penderita endometriosis harus didukung dengan support system yang kuat.
Support system tersebut terdiri dari pasangan, keluarga, rekan kerja, dokter, psikolog dan komunitas pasien yang bekerjasama dan saling memberikan dukungan untuk mengoptimalkan kondisi pasien.
Baca Juga: 4 Mindset yang Membuatmu Lelah Mental dan Harus Dihindari
“Penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan yang baik antara pasien dengan support system-nya merupakan faktor protektif bagi kesehatan mental pasien endometriosis sehingga dapat memperbaiki kondisi mereka," tutup Rika.