Suara.com - Semakin berkembangnya bidang kesehatan selama pandemi virus corona Covid-19 juga memicu oknum tak bertanggung jawab untuk memproduksi obat-obatan palsu.
Obat palsu tidak hanya menjadi masalah keamanan bagi pasien, tetapi uga menjadi ancaman bagi apoteker dan perusahaan farmasi.
Krisis pandemi semakin memperburuk situasi, terutama di India. Sebuah penelitian mencatat insiden produk medis di bawah standar dan palsu di negara tersebut meningkat sebesar 47% dari tahun 2020 hingga 2021.
Asosiasi Penyedia Solusi Otentikasi (ASPA), organisasi terkemuka untuk memerangi produk palsu India, mempelajari insiden palsu yang terjadi selama Covid-19 menggunakan data yang dikumpulkan melalui laporan media.
Hasil studi menunjukkan bahwa insiden pemalsuan di India telah meningkat dengan pertumbuhan 20% sejak Januari 2018 hingga Desember 2020.
Lalu, peningkatan signifikan 47% terjadi dari 2020 (91) hingga 2021 (134), dan ini dipicu oleh pandemi, lapor The Health Site.
Produk yang dipalsukan terkait dengan pengobatan Covid-19, seperti vaksin, obat-obatan, alat tes Covid, antibiotik, masker, dan sanitizer.
ASPA menambahkan bahwa kejadian pemalsuan produk Covid-19 diamati di 23 dari 29 negara bagian dan 7 wilayah serikat pekerja di India.
Insiden pemalsuan obat-obatan juga meningkat hampir 111 persen selama 10 tahun terakhir di seluruh dunia. Kasus ini menggagalkan strategi memberantas penyakit mengancam jiwa dan untuk mencapai tujuan berkelanjutan.
Baca Juga: Setiap Bulan Nyeri Haid Selalu Minum Obat Pereda Nyeri, Amankah?
Secara global, produk yang paling sering dipalsukan adalah antibiotik, obat penghilang rasa sakit, dan kit perawatan Covid-19.