Kurang Tidur Dapat Meningkatkan Lemak Tidak Sehat, Berikut Penjelasan Studi

Selasa, 29 Maret 2022 | 13:10 WIB
Kurang Tidur Dapat Meningkatkan Lemak Tidak Sehat, Berikut Penjelasan Studi
Kurang Tidur, gangguan tidur, imsonia. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kurang tidur telah lama terbukti berpengaruh terhadap kondisi kesehatan seseorang. Sebuah penelitian terbaru dari Mayo Clinic menunjukkan, kurangnya istirahat atau tidur yang dikombinasikan dengan makanan kalori, dapat meningkatkan lemak yang tidak sehat.

Temuan ini dipimpin oleh peneliti Kedokteran Kardiovaskular dari Mayo Clinic, Naima Covassin, PhD. Studi ini menunjukkan, kurangnya tidur dapat menyebabkan peningkatan 9 persen pada area lemak perut total, serta peningkatan 11 persen pada visceral perut.

Lemak visceral ini terletak di sekitaran organ tubuh, di mana lemak ini berkaitan dengan penyakit jantung dan juga metabolisme.

Melansir dari Medical Express, kurangnya tidur seringkali dikaitkan dengan masalah pilihan perilaku. Bahkan, lebih dari sepertiga orang dewasa di Amerika Serikat dikatakan mereka tidak memiliki waktu tidur yang cukup. Hal itu disebabkan karena kerja shift, memantau sosial media di waktu jam tidur, dan mengonsumsi makanan berlebihan tanpa aktivitas fisik.

Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock)
Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock)

“Temuan kami menunjukkan bahwa waktu tidur yang lebih pendek, bahkan pada subjek muda, dikaitkan dengan peningkatan asupan kalori, peningkatan berat badan, dan peningkatan akumulasi lemak di dalam perut,” ungkap Profesor Kedokteran Kardiovaskular dari Alice Sheets Marriot, Virend Somers.

“Biasanya lemak disimpan di bawah kulit. Namun, kurang tidur tampaknya mengalihkan lemak ke kompartemen visceral yang lebih berbahaya. Meski selama tidur pemulihan mengalami penurunan pada asupan kalori dan berat badan, lemak terus meningkat,” ungkap Virend Somers.

“Dalam jangka panjang, temuan ini berimplikasi bahwa kurangnya tidur dapat beresiko pada obesitas, penyakit kardiovaskular, dan metabolisme,” tambah Virend Somers.

Kohort penelitian terdiri dari 12 orang sehat non obesitas. Masing-masing dari mereka, menghabiskan dua sesi selama 21 hari dalam pengaturan rawat inap.

Para peserta dimasukkan ke dalam kelompok kontrol (tidak normal) dan kelompok tidur terbatas selama satu sesi. Tidak hanya itu, setiap kelompok juga memiliki akses pada pilihan makanan bebas selama penelitian.

Baca Juga: Mengenal Me Time dan Manfaatnya untuk Kehidupan Sehari-hari

Peserta yang telah dikumpulkan ini, para peneliti mulai memantau dan mengukur asupan energi mereka, termasuk pengeluaran energi, berat badan, komposisi tubuh, distribusi lemak termasuk lemak visceral dan lemak dalam perut, serta biomarker nafsu makan yang bersirkulasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI