Suara.com - Subvarian Omicron siluman BA.2 menjadi biang kerok meningkatnya lagi kasus Covid-19 di sejumlah negara, termasuk Hong Kong dan Amerika.
Disebut lebih mudah menular, penelitian terbaru juga menyebut Omicron siluman meningkatkan risiko kematian dan efek jangka panjang Covid-19 pada pasien anak. Waduh!
Dalam penelitian yang dilakukan University of Hong Kong, subvarian Omicron siluman diketahui menyebabkan 1.147 anak dirawat di rumah sakit dengan 4 di antaranya meninggal dunia.
4 Pasien anak yang meninggal menjadi kematian anak karena Covid-19 pertama di Hong Kong, yang sebelumnya sukses menahan infeksi Covid-19 varian Delta.
Baca Juga: WHO Memperingatkan Subvarian Omicron BA.2 Mulai Mendominasi di Banyak Negara
Mengutip Medical Daily, peneliti menemukan bahwa subvarian Omicron siluman BA.2 meningkatkan risiko kematian 6 hingga 7 kali lipat dibandingkan influenza dan penyakit serupa lainnya.
Sementara itu dibandingkan dengan varian virus Corona lainnya (alpha dan delta), risiko anak kritis dan memerlukan perawatan ICU meningkat hingga 18 kali lipat karena subvarian Omicron siluman.
Selain kematian dan perawatan ICU, subvarian Omicron siluman BA.2 juga meningkatkan risiko anak mengalami kejang-kejang hingga 4 kali lipat. Ini adalah temuan penting mengingat tidak ada laporan tentang kejang-kejang pada varian Covid-19 lainnya.
Peneliti juga menyebut ada risiko komplikasi parah seperti pembesaran otak, masalah pernapasan, dan baruk parah.
"Secara garis besar, subvarian Omicron siluman risiko kefatalan yang lebih tinggi pada anak-anak," tulis peneliti.
Baca Juga: WHO: Subvarian BA2 dari Varian Omicron Dominan di Seluruh Dunia
Lewat penelitian ini, peneliti menekankan pentingnya vaksinasi bagi seluruh kelompok, termasuk kelompok risiko tinggi seperti anak-anak dan lansia.