Pasien Covid-19 Lebih Berisiko Derita Masalah Neuropati, Kesemutan Bisa Jadi Gejalanya

Senin, 28 Maret 2022 | 08:37 WIB
Pasien Covid-19 Lebih Berisiko Derita Masalah Neuropati, Kesemutan Bisa Jadi Gejalanya
Ilustrasi Virus Corona Covid-19. (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Risiko kesehatan yang terkait dengan virus corona Covid-19, sebagian besar terkonsentrasi pada sistem pernapasan. Tapi, beberapa pasien virus corona Covid-19 bisa mengalami gejala berkepanjangan yang disebut dengan Long Covid-19.

Kini, sebuah studi baru pun menunjukkan bahwa beberapa pasien virus corona Covid-19 mungkin harus menghadapi gejala neuropati selama berbulan-bulan setelah infeksi.

Sebuah studi yang dilakukan olej para peneliti di Washington, telah menemukan bahwa orang yang terinfeksi virus corona selama awal pandemi menderita neuropati perifer.

Temuan penelitian ini nampaknya menunjukkan mereka yang positif terinfeksi virus corona Covid-19 sebanyak 3 kali lebih berisiko menderita masalah saraf.

Baca Juga: Akibat Komplikasi Virus Corona Covid-19, Kedua Kaki Wanita Ini Harus Diamputasi!

Havard Health mendefinisikan neuropati perifer pada kerusakan saraf perifer di seluruh tubuh.

Kerusakan saraf yang bertugas membawa sinyal dari dan ke otak bisa menyebabkan kesemutan, berkurangnya sensasi, kelemahan atau nyeri pada ekstremitas.

Peneliti senior Simon Haroutounian, kepala penelitian klinis di Washington University Pain Center, memimpin penelitian bersama timnya.

Ilustrasi virus corona Covid-19. (Pixabay/Engin_Akyurt)
Ilustrasi virus corona Covid-19. (Pixabay/Engin_Akyurt)

"Kami menemukan bahwa hampir 30 persen pasien yang positif virus corona Covid-19 juga melaporkan masalah neuropati pada saat diagnosis," kata Simon dikutip dari Express.

Sekitar 6 hingga 7 persen dari mereka gejalanya bertahan setidaknya selama 2 minggu sampai 3 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa virus corona Covid-19 ini mungkin memiliki efek yang bertahan lama pada saraf perifer.

Baca Juga: AstraZeneca Buat Antibodi untuk Lawan Varian Omicron, Ini Kelebihannya!

Mayoritas pasien yang diteliti melaporkan gejala neuropati ringan, tetapi beberapa mencari pengobatan untuk spesialis nyeri.

Perawatan untuk neuropati cenderung konsisten, terlepas dari apakah itu disebabkan oleh diabetes, HIV atau penyebab lainnya.

"Beberapa infeksi virus, seperti HIV dan herpes zoster berhubungan dengan neuropati perifer, karena virus bisa merusak saraf," kata Haroutounian.

Menurut Haroutounian, sangat penting untuk memahami infeksi virus corona ini berkaitan dengan peningkatan risiko neuropati. "Dalam kasus HIV, kami tidak menyadari bahwa itu menyebabkan neuropati selama beberapa tahun setelah epidemi AIDS terjadi," tambahnya.

Akibatnya, banyak orang tidak terdiagnosis dengan neuropati dan tidak diobati untuk rasa sakit yang terkait dengan masalah tersebut.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Pain, mengamati lebih dari 1.556 orang yang positif virus corona Covid-19 di Kampus Universitas Washington dari Maret 2020 hingga Januari 2021.

Sebanyak 542 pasien dinyatakan positif virus corona. Hasil temuannya pun menunjukkan 29 persen peserta melaporkan gejala neuropati pada saat diagnosis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI