Suara.com - Hingga kini, Indonesia masih menjadi penyumbang kasus tuberkulosis terbesar ketiga di dunia setelah India dann China. Pada 2019, penderita TBC di Indonesia mencapai 845.000 pasien.
Tuberkulosis atau TBC merupakan infeksi bakteri yang menular. Umumnya menyerang paru-paru, namun TB juga dapat memengaruhi organ lainnya seperti ginjal, tulang belakang, hingga otak.
Meski penyakit ini menular, TBC dapat disembuhkan secata total apabila pasien meminum obat yang tepat dalam jangka waktu sesuai.
Namun, jika pasien tidak patuh dengan regimen obat yang diberikan oleh dokter, penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Baca Juga: Invasi Rusia ke Ukraina Menyulitkan Pengendalian Tuberkulosis, Terutama Jenis yang Resisten Obat
Direktur Institut Tuberkulosis Nasional India, Somashekar N, mengatakan pengobatan TBC berlangsung cukup lama.
Kesembuhan total membutuhkan konsumsi obat secara ketat minimal selama enam bulan. Namun, tergantung jenisnya, pengobatan TBC juga dapat berlangsung lebih lama.
“Ini karena bakteri Mycobacterium Tuberculosis berkembang dengan lambat, membelah sangat lambat dan membutuhkan waktu lama untuk berkembang dari infeksi biasa menjadi penyakit TB. Oleh karena itu diperlukan terapi yang lama,” kata Somashekhar, dilansir Times of India.
Sekitar 10% hingga 12% pasien TBC yang sembuh dapat mengalami kekambuhan. Ini lebih banyak dialami oleh perokok, pecandu alkohol, dan orang dengan diabetes yang tidak terkontrol.
"Inilah mengapa setelah pengobatan selesai, tindak lanjut pasca pengobatan diberikan, pasien harus berkunjung setiap enam bulan hingga dua tahun, bahkan jika tidak ada gejala," sambungnya.
Baca Juga: Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 24 Maret 2022 Mengambil Tema "Invest to End TB, Save Lives"
Apabila terlihat adanya gejala selama periode tersebut, dokter akan menyarankan pengobatan lainnya.