Angka Kematian Akibat Tuberkulosis Ternyata Lebih Besar dari Covid-19

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Jum'at, 25 Maret 2022 | 09:15 WIB
Angka Kematian Akibat Tuberkulosis Ternyata Lebih Besar dari Covid-19
Ilustrasi tuberkulosis. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tuberkulosis masih menjadi tantangan besar pemerintah Indonesia. Dokter Spesialis Paru Siloam Hospitals Makassar, dr. Adrianne Marissa Tauran, Sp.P., menuturkan bahwa kasus TBC cukup bisa disembuhkan walaupun Indonesia menempati peringkat 3 di dunia dalam kasus TBC.

Secara angka ditemukan data terbaru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia bahwa terdapat 11 pasien meninggal karena TBC dalam kurun waktu 1 jam. Ternyata kasus ini lebih besar daripada kasus Covid-19.

"Covid-19 ini adalah penyakit yang disebabkan karena virus. Virus itu sudah kodratnya untuk sembuh sendiri selama daya tahan tubuh baik maka penyakit yang disebabkan oleh virus akan sembuh dengan sendirinya.
Berbeda dengan TBC yang disebabkan oleh bakteri, sehingga harus diobati. Dan TBC tidak bisa sembuh dengan pengobatan herbal," tutur dokter yang akrab disapa Anke dalam keterangannya, Jumat (25/3/2022).

Untuk penderita TBC murni tidak ada pantangan makanan. Hanya saja penting untuk memperbaiki nutrisi khususnya kalori dan protein. Tetapi jika pasien TBC ini menderita kencing manis maka harus dilakukan kolaborasi dengan konsultasi pada dokter gizi dan penyakit dalam.

Baca Juga: Masyarakat Takut ke Rumah Sakit Gara-gara Pandemi, Penanganan Tuberkulosis Jadi Terhambat

Tuberkulosis (TBC) masih jadi beban di Indonesia. (Shutterstock)
Tuberkulosis (TBC) masih jadi beban di Indonesia. (Shutterstock)

Untuk pasien TBC harus dilakukan pemeriksaan gula darah dan HIV nya. Hal ini dilakukan untuk skrining agar dapat diketahui apakah pasien menderita kencing manis atau HIV. Sehingga dapat lebih cepat menatalaksana penyakit yang keduanya.

Setelah pasien sudah menyelesaikan pengobatan TB nya akan dilakukan foto thorax lanjutan di bulan ke-6 dan bulan ke-12 serta di bulan ke-24.

"Jadi dalam 2 tahun tetap harus di evaluasi kondisi pasien apakah terjadi kasus kambuhan atau tidak. TBC ini bisa menyebabkan kekambuhan walaupun sudah sembuh. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi dengan baik," ujar Anke.

Tidak dapat dipungkiri bahwa TBC merupakan penyakit menular dan berbahaya. Dengan demikian penting dipahami secara benar oleh masyarakat agar kepedulian terhadap penyakit ini dapat semakin ditingkatkan, demikian pula pencegahannya.

Jika memiliki keluarga atau teman yang mengidap TBC beri dukungan terhadap mereka untuk berobat hingga tuntas. Jangan lupa untuk menjaga kesehatan dan kebersihan diri serta lingkungan

Baca Juga: Polandia Tidak Wajibkan Masker, Jerman Malah Pecahkan Rekor Kasus COVID-19 Harian Tertinggi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI