Masyarakat Takut ke Rumah Sakit Gara-gara Pandemi, Penanganan Tuberkulosis Jadi Terhambat

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 25 Maret 2022 | 05:05 WIB
Masyarakat Takut ke Rumah Sakit Gara-gara Pandemi, Penanganan Tuberkulosis Jadi Terhambat
Ilustrasi bakteri tuberkulosis,TBC [iLexx/Envato]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rasa takut dan cemas tertular COVID-19 di rumah sakit dikatakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjadi salah satu hambatan dalam penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia.

"Selama pandemi, jumlah kunjungan faskes masyarakat cenderung menurun. Ini yang menjadi satu tantangan kita untuk mencapai target treatment success rate (TSR) sebesar 90 persen," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Didik Budijanto, dalam peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2022 yang diikuti secara daring di Jakarta.

Selain itu, ia menambahkan tantangan lainnya adalah pengelola program TB dan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dimobilisir untuk kegiatan penanganan dan vaksinasi COVID-19.

"Kita tahu memang pandemi COVID-19 menyita seluruh sumber daya, sehingga terfokus ke sana," ucapnya.

Ilustrasi tuberkulosis. (Shutterstock)
Ilustrasi tuberkulosis. (Shutterstock)

Di samping itu, lanjut dia, kegiatan penemuan kasus secara aktif oleh faskes dan komunitas terkendala karena adanya pembatasan sosial.

"Nah ini yang menjadi tantangan-tantangan kita bagaimana dalam kondisi pandemi ini kita benar-benar bisa mencapai target yang kita canangkan," tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Didik Budijanto juga menyampaikan terdapat lima strategi pemulihan program TB.

Pertama, kata dia, yakni pencegahan. Strategi pencegahan, salah satunya dapat dilakukan dengan imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin).

Kedua, penemuan kasus, deteksi, dan surveilans. Strategi ini mencakup investigasi kontak, penemuan aktif di populasi umum dan populasi risiko.

Baca Juga: Kemenkes: 18 Juta Penduduk Indonesia Sudah Terima Vaksin Booster

Kemudian, penyediaan akses untuk skrining, sarana diagnosis dan penunjang. Surveilans aktif di puskesmas dan rumah sakit serta penyediaan SDM yang memadai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI