Suara.com - Malaysia termasuk pilihan pengobatan warga Indonesia. Malaysia Healthcare mencatat, jumlah kedatangan pasien Indonesia sebelum pandemi Covid-19 mencapai 670 ribu.
Menurut CEO Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC) Mohd Daud Mohd Arif, warga Indonesia yang berobat ke negaranya biasanya juga untuk mencari second opinion dari dokter berbeda.
"Seperti penyakit yang agak kritikal, kanker onkologi berkaitan dengan jantung, ada juga yang melihat dari segi perawatan kesuburan bayi tabung dan ortopedi," kata Daud ditemui di MH Expo 2022 di Mall Central Park Jakarta, Kamis (24/3/2022).
Daud mengatakan, kualitas perawatan di Malaysia telah hampir sama dengan negara maju seperti Amerika Serikat. Tetapi, biaya pengobatannya bisa 60 persen lebih murah.
Baca Juga: Sepang Ramaikan Kalender MotoGP Hingga 2024
Meski lebih terjangkau, Daud menekankan, bukan berarti kualitas pengobatan jadi rendah. Ia mengungkapkan bahwa biaya pengobatan di Malaysia sebenarnya diatur langsung oleh pemerintah kerajaan.
"Karena kerajaan Malaysia telah menetapkan harga sealing untuk perawatan, termasuk konsultasi dengan dokter. Jadi rumah sakit swasta tidak boleh menetapkan harga yang tinggi sesuka hati," ujarnya.
Dibandingkan dengan Indonesia, menurut Daud tidak jauh berbeda dengan rata-rata biaya perawatan di Malaysia.
"Karena itu saya bilang, berbicara mengenai Malaysia dan Indonesia bukan kompetisi, tapi saling melengkapi. Indonesia juga memiliki kualitas kesehatan yang baik. Biasanya sudah mendapatkan perawatan di sini (Indonesia), lalu meminta second opinion dari Malaysia," ujarnya.
Baca Juga: Sony Putra Samapta Buronan Korupsi Pembangunan Rumah Sakit Tenriawaru Kabupaten Bone Ditangkap