Kemenkes Pakai Kecerdasan Buatan untuk Deteksi TB, Gimana Cara Kerjanya?

M. Reza Sulaiman | Dini Afrianti Efendi
Kemenkes Pakai Kecerdasan Buatan untuk Deteksi TB, Gimana Cara Kerjanya?
Ilustrasi tuberkulosis. (Shutterstock)

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bakal menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk program skrining TB atau TBC (tuberkulosis).

Sehingga tidak perlu lagi membawa pasien ke lokasi ruang rontgen khusus, karena mesin X-Ray bisa mudah dibawa ke berbagai ruangan karena ringan, termasuk bisa digunakan pasien yang sedang kritis terbaring di ICU atau IGD.

Adapun rencana program skrining besar-besaran ini, dilakukan agar Indonesia mampu mencapai target global eliminasi TB pada 2030 mendatang.

Apalagi Indonesia saat ini memiliki gap atau jarak kasus dugaan TBC yang berkisar sebanyak 800 ribu kasus. Namun yang ditemukan dan mendapatkan pengobatan baru ada 500 ribu kasus.

"Dengan ditemukannya gap 300 ribu, ini akan mempercepat target global, di 2030 kita bisa eliminasi TBC, oleh karena itu salah satu upaya dengan menemukan secara cepat kemudian diobati, kontak tuntas 100 persen, ini target kita menyelesaikan di tahun 2030," tutup Dr. Didik.

Baca Juga: Jemaah Haji Wajib Vaksinasi Meningitis dan PolioSebelum ke Tanah Suci, Kemenkes Ungkap Alasannya!

Perlu diketahui, orang dengan TB perlu mengonsumsi obat secara rutin paling lama 6 bulan agar bakteri TB di tubuhnya jumlahnya terkendali, tidak berpindah atau menular ke orang lain.