“Umumnya risiko terbesar adalah jika mereka belum sepenuhnya pulih dari gegar otak dan menderita lagi, gejalanya akan memburuk secara eksponensial. Lalu akan bertahan untuk waktu yang sangat lama,” kata profesor bedah saraf Universitas Boston terdebut, dikutip dari The Race.
Seiring waktu, gegar otak berulang juga dapat memengaruhi kemampuan kognitif atau gejala fisik. Cantu mengatakan, orang yang sering gegar otak membutuhkan waktu lebih lama untuk memproses informasi juga mengoordinir tangan-mata.
"Dalam balap motor, di mana Anda harus membuat keputusan sepersekian detik, jika waktu reaksi Anda hilang, Anda menempatkan diri dalam bahaya, dan jelas orang-orang di jalur Anda," ujarnya