Pandemi dan Endemi Cuma Beda Nama, Menkes: Virusnya Masih Tetap Ada dan Menular!

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Jum'at, 18 Maret 2022 | 13:23 WIB
Pandemi dan Endemi Cuma Beda Nama, Menkes: Virusnya Masih Tetap Ada dan Menular!
Menkes RI, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan paparan terkait endemi COVID-19 usai mengikuti Seminar G20 di UGM, Kamis (17/03/2022). [Kontributor / Putu Ayu Palupi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Indonesia beberapa waktu lalu berulang kali melemparkan wacana agar pandemi Covid-19 bisa berubah menjadi endemi. Tapi, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut pandemi COVID-19 dan endemi hanya berbeda nama. Ia menegaskan virusnya akan tetap ada.

"Kalau buat saya pribadi ya sebagai orang yang di kesehatannya baru. Endemi sama pandemi hanya beda nama. Tapi penyakitnya tetap ada, virusnya tetap ada," kata Budi Gunadi seusai seminar "Recover Together, Recover Stronger: G20 dan Agenda Strategis Indonesia" di Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, seperti dikutip dari ANTARA, Jumat, (18/3/2022).

Budi Gunadi juga menegaskan bahwa dalam fase endemi nanti, penularan virus juga diperkirakan akan tetap terjadi. Meski, lanjut dia, tingkat derajat keparahannya lebih rendah dibandingkan dengan pandemi.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meninjau pelaksanaan vaksinasi booster di SD Muhammadiyah Jogodayoh, Bambanglipuro, Bantul pada Jumat (21/1/2022). - (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meninjau pelaksanaan vaksinasi booster di SD Muhammadiyah Jogodayoh, Bambanglipuro, Bantul pada Jumat (21/1/2022). - (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

Ia menegaskan, bahwa fase endemi akan tercapai jika masyarakat sudah memahami mengenai risiko penyakitnya serta sudah melakukan protokol kesehatan secara sadar tanpa dipaksa pemerintah.

Baca Juga: Dokter Top AS Anthony Fauci Ungkap 3 Faktor Utama Kasus Covid-19 di Eropa Melonjak Lagi

"Saya bilang misalnya contoh DBD. Ini masyarakat sudah tahu itu lagi DBD maka disemprotlah, jangan banyak jentik-jentik deh, kalau terjangkit panasnya naik turun, udah tahu dia cek darahnya. Kalau kena langsung masuk rumah sakit tanpa ada pemaksaan intervensi atau dorongan dari pemerintah," ujar Gunadi.

Ia mengatakan Presiden Joko Widodo telah meminta mempersiapkan skenario untuk mengubah pandemi COVID-19 menjadi endemi.

Seluruh fase pandemi di dunia, kata dia, pada akhirnya selalu menjadi endemi hanya saja membutuhkam persiapan.

Merujuk sejarah pandemi di dunia, menurut dia, selalu membutuhkan banyak faktor pertimbangan untuk mengubah menjadi endemi.

"Enggak pernah faktor kesehatan saja. Ada faktor sosial, politik, ekonomi, budaya yang menjadi pertimbangan baik seorang pimpinan negara maupun dunia mengubah itu menjadi pandemi sebagai endemi," kata dia.

Baca Juga: Pelonggaran Tak Perlu Buru-buru Diterapkan Meski Covid-19 Melandai, Epidemiolog: Ingat, Omicron Bukan Gelombang Terakhir

Sementara itu, ia menuturkan sesuai masukan para epidemiolog, laju penularan atau reproduction rate (Rt) harus ditekan di bawah 1 dalam rentang tiga hingga enam bulan, serta cakupan vaksinasi dua dosis minimal mencapai 70 persen dari populasi.

"Kalau itu sudah terjadi nah itu dari sisi kesehatan sudah masuk kondisi yang relatif aman kalau misalnya nanti mau dideclair sebagai endemi," kata dia.

Meski demikian, menurut dia, perlu diperhatikan juga bahwa organisasi kesehatan dunia (WHO) hingga kini belum menyatakan situasi saat ini sebagai endemi.

"Walaupun di negara lain seperti Inggris, Denmark itu mengurangi protokol kesehatannya tapi mereka secara resmi belum declair ini sebagai endemi," ucap Gunadi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI