Suara.com - Pandemi Covid-19 di Indonesia telah terjadi selama dua tahun. Pemahaman masyarakat terkait infeksi virus corona SARS Cov-2 itu dinilai telah membaik.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) prof. Dr. dr. Zubairi Djurban, Sp.PD., mengatakan bahwa saat ini juga banyak masyarakat yang lebih mudah untuk diajak vaksinasi. Hal itu sangat berbeda dengan situasi saat awal pandemi.
"Sudah banyak sekali pasien yang meminta vaksin. Kalau dulu takut bahkan sampai ada yang minta untuk dibuatkan surat tidak boleh vaksin, karena dia takut divaksin. Kalau sekarang enggak, pada minta untuk segera bosster jadi lebih banyak untuk segera vaksinasi 3 kali," kata prof Zubairi ditemui di kantor PB IDI, Menteng, Jakarta, Jumat (18/3/2022).
Meski begitu, tak dipungkiri pula bahwa hoaks terkait Covid-19 masih beredar. Menurut prof. Zubairi, kebanyakan hoaks tersebut berseliweran melalui media sosial, terutama aplikasi Whatsapp Grup.
Baca Juga: Kasus Positif Covid-19 di Denpasar Bertambah 19 Orang
Rata-rata pesan yang tersebar berupa informasi lama terkait pengobatan Covid-19 ataupun anjuran tentang vaksinasi yang sebenarnya sudah tidak berlaku.
"Jadi ada teman yang kemudian meng-upload video ataupun informasi yang ada pada awal tahun 2020/2021. Misalnya, 'aku autoimun enggak boleh (divaksinasi)', itu kan dulu memang begitu. Tapi sekarang ada otoimun, kanker, HIV-AIDS itu hampir semuanya bisa divaksin dua sampai tiga kali," jelas prof Zubairi.
Penyebaran hoaks tersebut biasanya dilakukan ada faktor kesengajaan ataupun tidak. Biasanya penyebab tidak sengaja menyebarkan hoaks akibat ketidaktahuan dari informasi yang didapatnya.
Prof Zubairi menyarankan, sebaran informasi apa pun yang berkaitan dengan Covid-19 juga vaksinasi masih sangat perlu dilakukan.