Dinobatkan Sebagai Bakteri Terkuat di Dunia, Deinococcus Radioduran Dapat Bertahan dari Paparan Radiasi Tinggi

Kamis, 17 Maret 2022 | 15:16 WIB
Dinobatkan Sebagai Bakteri Terkuat di Dunia, Deinococcus Radioduran Dapat Bertahan dari Paparan Radiasi Tinggi
Bakteri terkuat di dunia (YouTube)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Guinness Book of World Records mencatat deinococcus radiodurans sebagai 'bakteri terkuat di dunia'.

Para ilmuwan menemukan bakteri bulat berwarna merah ini sekitar 70 tahun lalu, ketika memeriksa sekaleng daging giling yang telah rusak.

Padahal, peneliti sudah mensterilkannya menggunakan paparan radiasi dengan dosis kisaran megarad.

Penelitian menunjukkan bahwa bakteri ini dapat menahan 10.000 kali jumlah radiasi yang biasanya dapat membunuh manusia.

Baca Juga: Dampak Invasi Rusia, Tempat Penampungan di Ukraina Berpotensi Jadi Sarang Infeksi Bakteri dan Virus

Ketahanan itu berkat kemampuan ajaib bakteri untuk memperbaiki banyak kerusakan untai ganda DNA dalam hitungan jam.

Bakteri terkuat di dunia (YouTube)
Bakteri terkuat di dunia (YouTube)

"DNA-nya sangat rusak pada (paparan radiasi) 1,7 juta rad. DNA-nya terpotong semua. Ada sekitar 1.000 hingga 2.000 fragmen DNA per sel, tetapi semuanya diperbaiki dalam waktu sekitar 24 jam," jelas peneliti Michael Daly dari Montana State University-Bozeman.

Tetapi bakteri ini tidak hanya kebal radiasi, tetapi juga dapat bertahan dalam kondisi kekeringan ekstrem dan kekurangan nutrisi untuk jangka waktu lama.

Pada Agustus 2020, penelitian yang dilakukan di Stasiun Luar Angkasa Internasional menemukan deinococcus radiodurans dapat bertahan hidup di luar angkasa setidaknya selama tiga tahun.

Kemampuan luar biasa dari deinococcus radiodurans untuk bertahan di lingkungan yang ekstrem dan memperbaiki dirinya sendiri telah dipelajari secara ekstensif oleh para ahli biologi dan ilmuwan.

Baca Juga: Berpotensi Menularkan Bakteri, Lakukan Hal Ini Saat Berbagi Sabun Batangan dengan Orang Lain

Harapannya, mereka dapat mengadapasi mekanismenya pada manusia demi membantu melawan paparan radiasi dengan lebih baik dan juga menangani limbah beracun.

Sejauh ini, para ilmuwan belum dapat menentukan habitat alami bakteri tersebut. Tetapi peneliti menemukan mereka dapat ditemukan dalam lingkungan yang beragam, seperti kotoran gajah atau granit di lembah kering Antartika.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI