Bukan Endemi! Dokter Reisa Sebut Indonesia Siap Masuk Fase Deselerasi Covid-19, Apa Itu?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 15 Maret 2022 | 16:55 WIB
Bukan Endemi! Dokter Reisa Sebut Indonesia Siap Masuk Fase Deselerasi Covid-19, Apa Itu?
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 dr. Reisa Broto Asmoro, dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat (26/3/2021). [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro menyebut bahwa Indonesia saat ini tengah masuk dalam masa deselerasi. Hal itu diungkapkan oleh Dokter Reisa saat lima fase pada pandemi Covid-19 yang harus dilalui oleh suatu negara.

Seperti dikutip dari ANTARA, Reisa memaparkan bahwa pandemi sendiri merupakan sebuah kondisi di mana peningkatan jumlah kasus dalam sebuah negara secara tidak terduga menyebar ke seluruh wilayah geografis secara global atau menjadi sebuah wabah.

Di bawah fase pandemi terdapat fase deselerasi. Fase itulah yang saat ini sedang ditargetkan oleh pemerintah. Jumlah kasus positif dalam negara pada fase deselerasi mengalami penurunan karena adanya dua faktor yang mempengaruhi, yakni adanya varian baru dan terbentuknya imunitas masyarakat.

Juru bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr Reisa Broto Asmoro. [Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden]
Juru bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr Reisa Broto Asmoro. [Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden]

Pada fase itu pula akan ada sejumlah kebijakan yang dilonggarkan oleh pemerintah.

Baca Juga: Kontak Erat dengan Pasien Positif Covid-19 Namun Hasil Tes Negatif? Dokter Reisa Tetap Anjurkan Karantina Mandiri

“Kalau di Indonesia sendiri, alhamdulillah dengan adanya tren penurunan seperti ini, tampaknya kita juga sudah siap masuk ke fase deselerasi, fase sebelum endemi,” ujar Reisa.

Fase ketiga adalah endemi, fase di mana penyebaran penyakit tetap terjadi dan nyata namun terbatas pada suatu wilayah tertentu saja. Artinya, fase tersebut tidak mengganggu berbagai aktivitas yang dilakukan masyarakat karena dapat diprediksi dan stabil.

Hanya saja pada fase endemi, Reisa mengatakan suatu negara sudah harus mengetahui bagaimana cara mengantisipasi penularan ataupun cara pengobatan sehingga tidak membebani sistem kesehatan atau fasilitas kesehatan.

“Pada fase ini juga harusnya penyakit tidak lagi mengganggu kehidupan sosial sehari-hari,” ucap dia.

Keempat terdapat fase eliminasi. Pada kondisi itu, kasus positif di sebuah negara yang terletak di wilayah geografis tertentu dapat menyentuh angka nol kasus yang merupakan hasil intervensi dari berbagai upaya yang secara terus menerus konsisten diterapkan oleh pemerintah.

Baca Juga: Gelombang Ketiga Penyebaran COVID-19, Dokter Reisa Broto Asmoro: Pasien Tanpa Gejala Isolasi Mandiri!

Sedangkan fase terakhir bernama fase eradikasi atau reduksi. Pada fase tersebut, kasus positif benar-benar tidak ditemukan lagi secara permanen di seluruh dunia hingga sebuah negara tidak perlu melakukan intervensi kasus melalui langkah apapun.

Menurut Reisa, agar Indonesia dapat melalui kelima fase tersebut secara aman dan tertata, seluruh pihak harus berpegang tangan dengan kuat untuk terus mengutamakan protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi Covid-19 agar dapat memproteksi diri dan juga lingkungannya.

Selain itu, kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah juga harus terus disusun secara hati-hati dan tidak hanya melihat aspek kesehatan ataupun ilmu sains saja. Tetapi melihat seluruh aspek dalam kehidupan baik sosial, budaya atau ekonomi.

“Ingat! yang longgar adalah mobilitasnya, bukan protokol kesehatannya. Jangan lupa tetap pakai masker, jaga jarak dan cuci tangan dengan rutin. Kalau misalnya mengalami satu gejala, antisipasi di rumah saja dulu jangan kemana-mana, jangan menularkan ke orang lain,” kata Reisa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI