Suara.com - Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS Medicine menemukan bahwa program menurunkan berat badan tidak meningkatkan peluang kesuburan pada kelompok perempuan.
Studi tersebut dilakukan pada sekitar 379 perempuan dengan masalah obesitas dan infertilitas yang belum diketahui penyebabnya.
Dijelaskan lebih lanjut, perubahan gaya hidup yang intensif untuk menurunkan berat badan tidak menyebabkan peluang kehamilan lebih tinggi jika harus dibandingkan dengan peningkatan aktivitas fisik tanpa target penurunan berat badan.
"Kami telah mengetahui selama beberapa dekade bahwa perempuan gemuk sering mengalami kesulitan hamil," kata peneliti dari Pusat Penelitian Reproduksi Fakultas Kedokteran Universitas Virginia, Daniel J. Haisenleder, PhD.
Baca Juga: Diet Karnivora Disebut Dapat Menurunkan Berat Badan, Namun Pakar Peringatkan Kekurangannya
"Untuk alasan ini, banyak dokter menyarankan penurunan berat badan sebelum pembuahan. Namun, ada beberapa penelitian yang membahas masalah yang membandingkan gaya hidup sehat, yaitu olahraga vs olahraga ditambah penurunan berat badan," tambahnya dikutip dari Hindustan Times, Selasa (15/3/2022).
Untuk sampai pada hasil tersebut, studi yang disebut FIT-PLESE itu melakukan penelitian di sembilan pusat medis akademik di seluruh Amerika serikat.
Mereka kemudian membagi perempuan tersebut dalam dua kelompok: Separuh melakukan diet yang intens dengan mengganti pola makan, obat-obatan dan melakukan peningkatan aktivitas fisik, setengahnya lagi meningkatkan aktivitas fisik tanpa berusaha menurunkan berat badan.
Setelah menyelesaikan program pertama, kedua kelompok itu kemudian melakukan tiga perawatan infertilitas standar.
Kelompok perempuan yang melakukan penurunan berat badan akhirnya kehilangan tujuh persen rata-rata dari berat badan mereka, sementara peserta dalam kelompok yang hanya berolahraga masih memiliki berat badan yang sama.
Baca Juga: Calon Pengantin, Ikuti 10 Tips Diet Ini Agar Kamu Kelihatan Energik dan Manglingi Saat Hari H
Namun pada akhirnya, tidak ada perbedaan siginifikan antara kedua kelompok dalam hal frekuensi kelahiran yang sehat.
Secara totoal, 23 dari 188 perempuan yang menyelesaikan program penurunan berat badan intensif selama 16 minggu melahirkan anak. Dan di antara 191 yang menyelesaikan program aktivitas fisik saja, 29 di antaranya melahirkan anak.
Berdasarkan temuan mereka, Haisenleder dan rekan-rekan penelitian menyimpulkan bahwa program penurunan berat badan tidak membuat perempuan menjadi lebih subur atau meningkatkan hasil kelahiran dibanding dengan hanya berolahraga.
Mereka mencatat manfaat kesehatan dari penurunan berat badan mungkin tidak diterjemahkan ke dalam peluang yang lebih baik untuk bisa hamil.
"Penurunan berat badan meningkatkan kesehatan metabolisme pada subjek. Sayangnya, perubahan yang terlihat tidak meningkatkan kesuburan," kata Haisenleder.
"Infertilitas dalam populasi ini tetap menjadi masalah kesehatan yang penting, dan akan membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengatasi masalah ini di masa depan."
Meski demikian, program diet intensif tetap menawarkan manfaat kesehatan lain seperti penurunan mengidap sindrom metabolik, yang meningkatkan risiko masalah kesehatan serius lainnya seperti diabetes, stroke dan penyakit jantung.