Benarkah Hormon Estrogen Bisa Cegah Infeksi Parah Virus Corona Covid-19? Ini Faktanya

Selasa, 15 Maret 2022 | 14:50 WIB
Benarkah Hormon Estrogen Bisa Cegah Infeksi Parah Virus Corona Covid-19? Ini Faktanya
Ilustrasi virus corona Covid-19, masker bedah (Pixabay/Coyot)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah studi mengambil pandangan baru pada hubungan antara hormon estrogen dengan risiko kematian akibat virus corona Covid-19.

Karena, hubungan antara tingkat estrogen yang lebih tinggi dan risiko kematian akibat virus corona Covid-19 yang lebih rendah terus menarik perhatian komunitas ilmiah.

Penulis studi, Dr Anne Marie Fors Connolly, seorang peneliti klinis di Universitas Ume mengatakan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita pascamenopause yang konsumsi suplemen estrogen memiliki risiko kematian akibat virus corona Covid-19 lebih rendah.

Penelitian sebelumnya juga menemukan estrogen sebagai agen terapeutik berpotensi bisa menjadi pengobatan untuk virus corona Covid-19.

Baca Juga: Selain Virus Corona Covid-19, Ini 5 Faktor Lain Pemicu Hilangnya Indra Penciuman!

Selain itu dilansir dari Medical News Today, perempuan juga memiliki risiko lebih rendah terinfeksi virus corona Covid-19 parah.

Ilustrasi virus corona Covid-19. (Pixabay/Engin_Akyurt)
Ilustrasi virus corona Covid-19. (Pixabay/Engin_Akyurt)

Tim peneliti juga menemukan bahwa wanita lebih tua yang menggunakan atau menjalani terapi hormon lebih kecil risikonya terifeksi virus corona, dibandingkan wanita seusianya yang tidak pernah terapi hormon.

Hal ini membuat sejumlah ilmuwan bertanya-tanya estrogen berpotensi sebagai pengobatan virus corona Covid-19 di masa depan atau tidak.

Estrogen adalah hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita. Saat menopause dimulai, ovarium menghasilkan lebih sedikit estrogen.

Studi baru menganalisis data nasional dari Badan Kesehatan Masyarakat Swedia, Statistik Swedia, dan Dewan Kesehatan dan Kesejahteraan Nasional. Para peneliti mengumpulkan data dari 4 Februari hingga 14 September 2020.

Baca Juga: Tes Virus Corona Covid-19 Mandiri Bisa Sebabkan Keracunan, Ini Alasannya!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI