Suara.com - Saat ini China sedang memerangi krisis Covid-19 terburuk sejak awal wabah di Wuhan. Komisi Kesehatan Nasional, mencatat 3.100 kasus baru dalam satu hari, angkat penularan lokal tertinggi dalam dua tahun.
Akibatnya, Kota Shenzhen yang memiliki populasi lebih dari 17 juta, telah ditutup oleh pemerintah untuk mengekang penyebaran virus lebih lanjut.
Peningkatan kasus ini juga membuat negara itu menetapkan kebijakan 'Nol Covid' dan otoritas kesehatan akan memperluas jangkauan kebijakannya.
Apa itu kebijakan 'Nol Covid'?
Baca Juga: Studi Ungkap Gejala Covid-19 Paling Umum Pada Kelompok yang Telah Mendapatkan Vaksinasi Lengkap
Berdasarkan Times of India, China telah memberlakukan lockdown dan pembatasan ketat sejak Maret 2020. Ini dikenal sebagai strategi 'Nol Dinamis', yang berarti lokcdown ketat dan pengujian massal.
Kemunculan Omicron semakin membuat China memperketat tindakan untuk menghentikan penyebaran varian yang sangat menular itu.
Hal ini membuat pemerintah memberlakukan kebijakan Nol Covid.
Tidak seperti strategi lockdown di negara lain, 'Nol Covid' di China sangat kaku.
Orang-orang dilarang meninggalkan rumah atau gedung tempat tinggal dan orang yang dianggap sebagai kontak berisiko tinggi dipaksa isolasi di kamar hotel.
Baca Juga: Percepat Target Vaksinasi Nasional, HIPMI dan Kodim Jaktim Gelar Sentra Vaksinasi Booster Covid-19
Tempat-tempat umum, seperti sekolah, tempat wisata, dan mal, juga telah ditutup.
Menggunakan bantuan aplikasi lacak, kontak dekat dengan orang uang terinfeksi Covid-19 biasanya akan segera diidentifikasi dan dikarantina.
Tapi yang mengejutkan adalah bahwa kebijakan penguncian ketat di negara itu tetap menyebabkan China menghadapi wabah terburuk dalam dua tahun.