Suara.com - Anda mungkin pernah merasa sesak napas setelah berjalan beberapa langkah. Banyak orang menghubungkan kondisi ini dengan jantung atau paru-paru.
Beberapa orang mungkin juga mengalami sesak napas setelah melakukan aktivitas fisik keras. Anda mungkin mengira hal ini disebabkan oleh jantung yang memompa terlalu keras.
Faktanya, hal ini tidak benar. Sesak napas bisa disebabkan oleh beberapa hal. Tapi, Anda harus memperhatikan aktivitas yang telah memicu sesak napas untuk mencari tahu penyebabnya.
Sesak napas terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan cukup udara untuk dihirup. Dalam hal ini, orang tersebut cenderung bernapas lebih keras dan lebih cepat tetapi tidak mampu menyediakan udara yang cukup di dalam.
Baca Juga: 3 Efek Samping Vaksin COVID-19 Pfizer dari yang Serius hingga Umum Terjadi
Istilah medis untuk sesak napas adalah dispnea. Situasi ini dapat digambarkan dengan baik ketika seorang non-pelari berlari selama beberapa waktu dan kemudian terengah-engah.
Tapi, sesak napas menjadi masalah tak biasa bila Anda mengalaminya setelah melakukan pekerjaan fisik ringan, seperti berjalan menaiki tangga atau berjalan normal di permukaan yang rata.
Ada sejumlah alasan medis dan non-medis di balik sesak napas. Seseorang dapat mengalami sesak napas saat berada di ketinggian, saat kualitas udara berada pada tingkat yang berbahaya atau saat suhu terlalu tinggi hingga setelah olahraga berat.
Ada beberapa kondisi medis yang memicu sesak napas pada seseorang. Masalah seperti alergi, asma, masalah jantung, penyakit paru-paru, pneumonia, obesitas, TBC juga menyebabkan dispnea.
Baru-baru ini, virus corona Covid-19 juga dikatakan mempengaruhi kemampuan bernapas pasien. Banyak orang yang memiliki gejala khas virus corona, seperti sakit tenggorokan dan pilek.
Ada sejumlah kondisi medis yang bisa mempengaruhi kapasitas pernapasan seseorang, seperti masalah paru-paru, jantung, ginjal atau otot.
Jika tak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa menyebabkan penyakit utama pada paru-paru, ginjal, jantung, atau sistem otot apa pun.
"Terutama di paru-paru dapat menyebabkan perubahan yang tidak dapat diubah jika diabaikan atau tidak didiagnosis selama perjalanan awal penyakit," kata Dr Kashmira Jhala, konsultan pulmonologis, Apollo Hospitals, Ahmedabad dikutip dari Times of India.
Jika sesak napas terjadi akibat tidak bisa tidur malam hari atau suhu tinggi, Anda tidak perlu mengkhawatirkan kondisi ini.
“Tes fungsi paru perlu dilakukan untuk mengetahui kapasitas paru dan masalah yang mendasarinya. Ini seperti tes skrining untuk sesak napas," jelasnya.
Jika normal dan fungsi tubuh lainnya juga normal, maka orang tersebut dapat terus diobservasi dan dipantau selama tes fungsi paru secara berkala.