Ini Tantangan yang Masih Kerap Dialami Perempuan Dengan Disabilitas Sehari-hari

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Kamis, 10 Maret 2022 | 12:01 WIB
Ini Tantangan yang Masih Kerap Dialami Perempuan Dengan Disabilitas Sehari-hari
Ilustrasi disabilitas (unsplash)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hingga hari ini perempuan masih kerap mengalami diskriminasi, stigma dan juga sterreotipe di masyarkaat. Kondisi serupa juga kerap dialami oleh kelompok rentan, yakni perempuan dengan disabilitas.

Ketua Komnas Disabilitas (KND) Dr. Dante Rigmalia, M.Pd, dalam keterangannya, salah satu tantangan yang kerap dialami ialah hambatan sosial seperti stigma, ketidaksetaraan gender, diskriminasi hingga edukasi. Kemudian, juga ada hambatan kesehatan terutama soal akses. 

"Tingkat melek huruf di kalangan perempuan penyandang disabilitas adalah 44,5 persen dibandingkan dengan 60,9 persen untuk laki-laki penyandang disabilitas (UNESCO 2018) Hambatan budaya dan diskriminasi memperumit situasi, membuat perempuan penyandang disabilitas lebih kecil kemungkinannya untuk mendapatkan pekerjaan berbayar dan mendapatkan upah yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki penyandang disabilitas," ujar Dante. 

Ilustrasi disabilitas / difabel (pixabay.com)
Ilustrasi disabilitas / difabel (pixabay.com)

Oleh karena itu, ia merekomendasikan untuk  mendorong advokasi tersebut diantaranya dengan mengubah kerangka berpikir dan sudut pandang tentang perempuan disabilitas. Selain itu juga menggali langsung dari para perempuan disabilitas mengenai apa yang menjadi penghalang mereka, mengupayakan solusi atas hambatan tersebut.

Baca Juga: Pengantin Perempuan Pingsan Usai Melihat Wujud Kepala Calon Suami, Sampai Memaksa Batalkan Pernikahan

"Hal lain yang terpenting ialah pelibatan perempuan dengan disabilitas dalam capacity building, serta sinergitas antar lembaga terkait dan pelibatan penyandang disabilitas dalam kebijakan. Lebih lanjut Dante menekankan tentang pentingnya pelibatan disabilitas perempuan.

“Membicarakan tentang perempuan disabilitas sebagai kelompok marjinal tapi tidak melibatkan penyandang disabilitas dalam pembicaraan adalah tindakan memarjinalkan penyandang disabilitas sendiri,” kata Dante. 

Sementara itu, Konselor Menteri untuk Pemerintahan dan Pembangunan Manusia untuk Kedutaan Besar Australia di Jakarta Kirsten Bishop menyatakan bahwa Australia telah menetapkan Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial sebagai prioritas pembangunan lintas sektor.

“Saya senang sekali berada di sini bersama anda semua untuk merayakan Hari Perempuan Internasional 2022 melalui peluncuran buku “Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI) dalam Praktik”. Saya yakin bahwa buku ini akan menjadi referensi yang berharga untuk advokasi kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial di Indonesia. Kami menyadari bahwa tanpa adanya penelitian yang sensitif GEDSI, serta data dan bukti yang kuat, akan sulit mendapatkan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi kelompok rentan terutama dalam masa pemulihan sesudah pandemi.” 

Baca Juga: Kemnaker Siapkan Kebijakan Perlindungan untuk Cegah Kekerasan Seksual di Tempat Kerja

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI