Suara.com - Seorang bocah bernama David Soo (10) dari Singapura didiagnosis Sindrom Prader Willi, suatu kondisi genetik yang membuatnya selalu merasa lapar, tidak peduli seberapa banyak dia makan.
Kondisi itu disebabka oleh hilangnya fungsi gen di daerah tertentu dari kromosom 15, dan tidak dapat disembuhkan.
Hidup dengan Prader-Willi Syndrome (PWS) memang berat, terutama bagi orang yang merawat pengidapnya.
Tindakan yang perlu diambil adalah memastikan pengidapnya tidak makan berlebih sampai mengancam nyawa.
Ada banyak dampak dari PWS, salah satunya obesitas morbid.
Literatur medis mencatat banyak kasus pengidap PWS mengalami robekan di usus karena jumlah makanan yang tidak wajar. Bahkan, beberapa menderita nekrosis lambung.
Komplikasi lain dari kondisi ini adalah kembung parah dan penurunan pengosongan lambung, lapor Oddity Central.
Rare Diseases melaporkan bahwa PWS merupakan dorongan untuk makan berlebihan sehingga orang dengan gangguan ini, jika dibiarkan tanpa pngawasan, dapat membahayakan diri sendiri.
Pengidap kondisi ini juga dapat makan makanan busuk atau sampah dalam jumlah berlebihan, dan ini berbahaya bagi perut.
Baca Juga: Unik Banget! Warung Makan Ini Jual Nasi Uduk Biru, Harganya Murah Meriah
Anak-anak yang mengidap PWS mungkin juga menunjukkan perilaku yang tidak biasa terkait makanan, seperti menimbun atau mencari makan, mencuri makanan, dan mencuri uang untuk membeli makan.
Dalam kasus David Soo, keluarga berusaha keras mengontrol berat badannya sampai mengunci pintu dapur untuk memastikan ia tidak makan berlebihan.
Mereka juga mengatur jadwal yang sangat spesifik untuk David, sehingga ia tahu persis kapan waktunya makan, atau kapan dia hanya akan makan camilan.
Selama berat badan David terkendali, harapan hidup dan kualitas hidupnya akan sama dengan orang normal. Namun, masalahnya ia harus menghadapi dorongan untuk makan terus-menerus selama sisa hidupnya.