Longgarkan Mobilitas Hingga Pangkas Waktu Karantina, Indonesia Siap Hidup Dengan Covid-19?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 08 Maret 2022 | 10:21 WIB
Longgarkan Mobilitas Hingga Pangkas Waktu Karantina, Indonesia Siap Hidup Dengan Covid-19?
Seorang pengunjung memindai kode batang dari aplikasi PeduliLindungi sebelum memasuki Mall Tangerang City, Kota Tangerang, Banten, Senin (13/9/2021). [Suara.com/ Hilal Rauda Fiqry]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Indonesia secara perlahan melakukan pelonggaran mobilitas masyarakat. Pemerintah juga memutuskan untuk meniadakan syarat hasil negatif tes antigen maupun PCR bagi para pelaku perjalanan domestik.

Kebijakan ini berlaku bagi semua moda transpirtasi baik darat, laut maupun udara. Semua aturan tersebut menjadi rencana transisi pemerintah menuju endemi Covid-19.

“Hal ini akan ditetapkan dalam surat edaran yang akan diterbitkan oleh Kementerian dan Lembaga terkait yang akan terbit dalam waktu dekat ini,” kata Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan.

Lantas, apakah ini artinya Indonesia sudah siap hidup dengan Covid-19?

Baca Juga: Percepatan Vaksinasi Lansia, Gugus Tugas Kulon Progo Kembali Gencarkan Skema Door to Door

Ilustrasi virus corona. [Antara]
Ilustrasi virus corona. [Antara]

Seperti dikutip dari Kementerian Kesehejak akhir Februari lalu, jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 dan positivity rate di kota-kota besar yang padat penduduknya terus mengalami penurunan. Tingkat keterisian RS Covid-19 di Jawa dan luar Jawa juga masih terkendali.

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan meski secara nasional situasi terus menurun namun sejumlah daerah terpantau masih dalam pengawasan pemerintah karena kasus Covid-19 terindikasi naik.

“Update situasi yang tampak saat ini menunjukkan tren kasus nasional terus menurun, angka Reproduktif virus (Rt) sudah menurun di setiap pulau besar di Indonesia. Tetapi ada 5 provinsi yang trennya sedikit meningkat yakni di Aceh, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Kalimantan Utara,” katanya dalam keterangan pers di Jakarta pada Senin (7/3).

Sementara itu, untuk kasus kematian pada kasus Omicron sebagian besar didominasi oleh lansia dan orang dengan komorbid yang belum mendapatkan vaksinasi dosis lengkap. Berdasarkan audit kematian di RS menunjukkan penyakit penyebab kematian pada pasien Covid-19 didominasi diabetes, hipertensi dan gagal ginjal.

“Tidak semua meninggal karena Covid-19, tetapi ada juga yang meninggal dengan COVID,” terangnya.

Baca Juga: WNI di Ukraina yang Pulang ke Bali Mengaku Masih Trauma

Untuk menekan angka kematian pasien Covid-19, pemerintah bersama stakeholder terkait terus bekerja keras demi mempercepat vaksinasi dosis lengkap dan booster terutama bagi kelompok rentan seperti lansia dan orang dengan penyakit penyerta.

Masyarakat diimbau segera memanfaatkan sentra vaksinasi maupun fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi dosis lengkap termasuk booster.

Dalam upaya menuju transisi endemi, seluruh kompetisi olahraga juga telah diizinkan untuk dihadiri penonton dengan syarat sudah vaksinasi booster dan wajib menggunakan aplikasi Pedulilindungi untuk check in. Kapasitas penonton disesuaikan dengan level PPKM di daerah terkait. Untuk level 4 sebanyak 25 persen, level 3 dengan 50 persen, level 2 sebanyak 75 persen dan level 1 dengan jumlah penonton 100 persen.

Ujicoba juga dilakukan bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) yang akan masuk ke wilayah Bali. Mulai 7 Maret, setiap PPLN yang datang ke Bali tidak wajib melakukan karantina. Untuk mendapatkan pengecualian ini, PPLN harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan diantaranya menunjukkan bukti booking hotel yang telah dibayar minimal 4 hari atau bukti domisili bagi WNI, sudah vaksinasi booster dan melakukan tes PCR kedatangan, jika hasilnya negatif, maka PPLN dibebaskan dari karantina. Tes PCR akan diulang kembali di hari ketiga.

“Event internasional yang dilakukan di Bali menerapkan protokol kesehatan yang ketat sesuai dengan standar G20,” katanya.

Pemerintah juga telah menerapkan visa on the arrival kepada 23 negara diantaranya ASEAN, Australia, Amerika, Inggris, Jerman, Belanda, Perancis, Qatar, Jepang, Korea Selatan, Kanada, Italia, Selandia Baru, Turki, dan Uni Emirat Arab.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI