Ketua Satgas Covid-19 IDI Ungkap Lama Virus Corona Bisa Hidup di Tubuh, Bisa Berbulan-bulan?

Jum'at, 04 Maret 2022 | 12:25 WIB
Ketua Satgas Covid-19 IDI Ungkap Lama Virus Corona Bisa Hidup di Tubuh, Bisa Berbulan-bulan?
Ilustrasi Virus Corona. (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban ungkap berapa lama virus SARS CoV 2 hilang dan mati di tubuh.

Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan virus SARS CoV 2, dan sifatnya self limiting disease atau bisa hilang dengan sendirinya.

Menurut Prof. Zubairi, rata-rata virus SARS CoV 2 akan hilang di tubuh dalam waktu 2 minggu, setelahnya ia mati dan tidak tersisa di tubuh.

"Habis dan selesai. Tidak ada lagi virusnya. Tapi pada pasien yang di ICU, virus bisa bertahan sebulan. Setelah itu hilang," ujar Prof. Zubairi cuitannya di Twitter dikutip suara.com, Jumat (4/3/2022).

Baca Juga: Hits Health: Banyak Pasien Covid-19 Tidak Sadar Terinfeksi Virus Corona, Syarat Bisa Mudik 2022

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)

Seperti diketahui, pasien Covid-19 yang harus dirawat di ICU, menandakan virus sudah menginfeksi beberapa organ di tubuh, sehingga lebih sulit hilang karena jumlahnya lebih banyak, dan kekebalan tubuh sedang melemah.

Lantaran karena selama virus hidup menyebabkan kerusakan di tubuh, hasilnya pasien Covid-19 merasa virusnya masih ada di tubuh. Padahal yang menyebabkan gejala Covid-19 masih ada atau long Covid-19, bukanlah virus.

"Ternyata penyebab keluhan-keluhan itu bukan virusnya langsung. Ada beberapa teori. Misalnya timbul reaksi autoimun. Virus ini memacu kekebalan tubuh untuk salah bekerja," jelas Prof. Zubairi.

Selain itu, gejala long Covid-19 bisa sangat lama berlangsung bahkan hampir satu bulan, bisa disebabkan SARS CoV 2 yang mengaktifkan virus lain yang juga masuk ke tubuh.

Ini karena bukan tidak mungkin virus SARS CoV 2 masuk ke tubuh bersamaan dengan virus lain.

Baca Juga: Kabar Baik! Kemenkes Sebut 15 Provinsi Alami Tren Penurunan Kasus Covid-19, Daerah Kamu Sudah Landai?

"Seperti Epstein–Barr (EBV). Aktivasi Epstein–Barr (EBV) ini menyebabkan gejala-gejala pada penyintas. Dan, mungkin sekali SARS-CoV-2 juga membuat reaksi inflamasi yang kemudian berlanjut," papar Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu.

EBV adalah virus yang sangat umum menyerang manusia dan ditularkan melalui air liur. Virus ini paling dikenal sebagai penyebab infeksi mononukleosis.

Infeksi penyakit ini ditunjukkan dengan gejala demam, sakit tenggorokan, dan radang kelenjar getah bening di leher.

EBV bisa menyebabkan berbagai penyakit seperti lupus eritematosus sistemik, multiple sclerosis, rheumatoid arthritis (rematik), artritis idiopatik juvenil, penyakit radang usus (IBD), penyakit celiac, dan diabetes tipe 1.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI