Longgarkan Perbatasan, Jepang Bakal Izinkan Lebih Banyak Siswa dan Pekerja Asing Masuk

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 04 Maret 2022 | 02:15 WIB
Longgarkan Perbatasan, Jepang Bakal Izinkan Lebih Banyak Siswa dan Pekerja Asing Masuk
Ilustrasi bendera Jepang.[Unsplash/Roméo A]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setelah sempat menutup perbatasan demi mencegah infeksi COVID-19 dari luar negeri, Jepang perlahan-lahan mulai melonggarkan aturan.

Salah satunya, dengan membolehkan lebih banyak siswa dan pekerja asing yang masuk ke negara Matahari Terbit tersebut dalam satu hari.

Perdana Menteri Fumio Kishida akan meningkatkan jumlah orang yang dapat memasuki Jepang menjadi 7.000 per hari dari 5.000 orang.

Sementara itu, para siswa tidak termasuk dalam hitungan jumlah harian orang yang diizinkan masuk ke negara itu dan dipertimbangkan masuk dalam kategori terpisah, menurut laporan media.

Baca Juga: Ingin Ubah Gaya Hidup Menjadi Lebih Sehat, Penjualan Airfryer Naik 300 Persen Sejak 2019

Langkah itu akan memperpanjang pelonggaran langkah-langkah ketat perbatasan Jepang pada awal pekan ini yang membuka pintu bagi lebih banyak siswa dan pekerja asing.

Langkah pelonggaran perbatasan tersebut diambil Pemerintah Jepang di tengah kritik dari para pemimpin bisnis dan pendidik.

Kishida akan mengumumkan langkah-langkah baru pembatasan, bersama dengan status keadaan darurat kuasi virus corona yang diperpanjang, pada konferensi pers pada pukul 07.00 malam waktu setempat.

Sekitar 150.000 pelajar asing telah dilarang masuk ke Jepang sejak 2020, bersama dengan para pekerja yang sangat dibutuhkan oleh negara yang menua dengan populasi yang menyusut itu.

Larangan masuk itu memicu peringatan akan kekurangan tenaga kerja dan merusak reputasi internasional Jepang.

Baca Juga: Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida Nyatakan Siap Tampung Pengungsi Ukraina

Sementara jumlah kasus virus corona baru mulai turun, rumah sakit di Jepang tetap berada di bawah tekanan saat mereka memerangi kasus COVID-19 varian Omicron.

Februari 2022 juga merupakan bulan paling mematikan dari pandemi yang berlangsung sejauh ini di Jepang, dengan 4.856 kematian, menurut penghitungan oleh media nasional Jepang -- NHK.

Pemerintah Pusat Jepang telah menerima permintaan dari lima prefektur, termasuk Kyoto dan Osaka di Jepang barat, untuk memperpanjang tindakan pengendalian infeksi yang akan berakhir pada Minggu (6/3), kata kepala sekretaris kabinet Jepang Hirokazu Matsuno pada Rabu (2/3).

Sepuluh prefektur lainnya, termasuk Tokyo, diperkirakan akan meminta perpanjangan masa aturan pembatasan selama dua hingga tiga minggu yang mencakup jam kerja yang lebih pendek untuk restoran dan pembatasan penjualan alkohol.

Selain soal penanganan COVID-19, Perdana Menteri Kishida juga diharapkan untuk menangani masalah invasi Rusia ke Ukraina.

Jepang telah bergabung dengan para sekutu luar negerinya untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, dan Kishida pada Rabu mengatakan bahwa negara itu juga siap menerima pengungsi Ukraina. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI