Suara.com - Varian Omicron, yang pertama kali diurutkan oleh peneliti di Afrika Selatan dan Botswana pada November 2021, ditemukan lebih mudah menular tetapi menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada pendahulunya varian Delta.
Karena lebih menular, Omicron dengan cepat menggantikan Delta sebagai varian dominan di seluruh dunia. Saat ini, ini menyumbang 99 persen dari semua kasus yang diurutkan.
Selain itu, sejak kemunculannya, para ilmuwan telah mengkategorikan subvarian atau garis keturunan Omicron ke dalam tiga kelompok: BA.1, BA.2, dan BA.3.
Meskipun subvarian BA.1 dimulai sebagai garis keturunan Omicron yang dominan di seluruh dunia, sejak Desember 2021, proporsi kasus Covid-19 yang terkait dengan varian BA.2 telah meningkat pesat.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang tingkat keparahan dan penularan BA.2. Inilah yang peneliti temukan sejauh ini seperti dikutip dari Medical News Today
Subvarian Omicron BA.2 menyusul BA.1
![Ilustrasi virus corona. [Antara]](https://media.suara.com/pictures/original/2021/09/14/56506-ilustrasi-virus-corona.jpg)
BA.2 sangat menonjol di negara-negara di Asia Tenggara, Afrika, dan Eropa. Analisis terbaru menunjukkan bahwa itu telah menggantikan BA.1 sebagai sublineage Omicron yang dominan di Denmark, Singapura, India, Afrika Selatan, dan Austria. Peningkatan cepat BA.2 diilustrasikan oleh peningkatan dalam prevalensinya dari 20 persen pada minggu terakhir Desember 2021 menjadi 66 persen pada minggu ketiga Januari 2022 di Denmark.
Proporsi kasus BA.2 atau yang juga dikenal Omicron siluman di Amerika Serikat tetap rendah pada 3,8 persen sejauh ini, tetapi para ahli kesehatan memperkirakannya akan meningkat.
BA.2 tampaknya lebih menular
Baca Juga: Dua Gejala Omicron Siluman Khas yang Patut Diwaspadai, Kapan Harus Tes Covid-19?
Lonjakan cepat dalam prevalensi BA.2 di beberapa negara menunjukkan bahwa varian ini lebih menular daripada BA.1. Satu studi memperkirakan bahwa BA.2 dapat menular hingga 33 persen lebih banyak daripada BA.1 dan menganggap bahwa penyebarannya dapat menjadi masalah serius bagi kesehatan global dalam waktu dekat.