Kemenkes Ungkap 252 Kasus Varian Omicron Siluman Sudah Terdeteksi di Indonesia, Apa Bahayanya?

Selasa, 01 Maret 2022 | 18:00 WIB
Kemenkes Ungkap 252 Kasus Varian Omicron Siluman Sudah Terdeteksi di Indonesia, Apa Bahayanya?
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membenarkan jika saat ini varian BA.2 turunan varian Omicron yang sering disebut Omicron siluman ini sudah terdeteksi di Indonesia. Bahkan, jumlah kasusnya sudah mencapai lebih dari 250!

Diungkap Juru Bicara Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, melalui pemeriksaan PCR khusus atau S-gene target failure (SGTF) maupun metode whole genome sequence (WGS), Omicron siluman sudah ditemukan 252 kasus.

"Terkait varian BA.2, sebenarnya kita sudah mendeteksi varian ini. Kalau kita lihat jumlah varian BA.2 yang saat ini sudah bisa deteksi itu sekitar 252 varian BA.2," ujar Nadia saat konferensi pers, Selasa (1/3/2022).

Nadia juga membenarkan BA.2 atau Omicron siluman ini lebih menular dibanding varian Omicron sebelumnya BA.1, dan dikhawatirkan bisa memicu gejala penyakit yang lebih parah.

Baca Juga: Pulang Liburan Long Weekend? Jangan Lupa Tes Covid-19 dan Isoman Ya!

Ilustrasi virus Covid-19 (Foto oleh cottonbro dari Pexels)
Ilustrasi virus Covid-19 (Foto oleh cottonbro dari Pexels)

Tapi saat ini, jumlahnya di dunia termasuk juga Indonesia masih didominasi Omicron BA.1.

"Tapi dari pola yang ada hingga saat ini memang tak hanya di Indonesia tapi di dunia 90 persen itu Omicron didominasi BA.1. Tentunya kembali kewaspadaan kita," ungkap Nadia.

Lebih lanjut kata Nadia, lantaran penanganan Covid-19 berkejaran dengan berbagai varian baru yang bermunculan, maka solusi terbaik tetap meningkatkan 3T yakni testing, tracing, dan treatment.

Ditambah protokol kesehatan 3M, memakai masker, mencuci tangan, dan mengurangi mobilitas masih diperlukan. Pamungkasnya adalah vaksinasi Covid-19 Indonesia yang juga belum memenuhi target minimal 70 persen dari total jumlah penduduk.

"Kuncinya adalah percepatan vaksinasi baik booster maupun vaksinasi primer yang harus kita selesaikan sesegera mungkin," tutup Nadia.

Baca Juga: Kenapa Gejala Omicron Berbeda Dengan Varian Lain, Ahli Ungkapnya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI