Sudah Masuk Musim Hujan, Waspada DBD Mengancam Nyawa Keluarga Anda!

Senin, 28 Februari 2022 | 17:14 WIB
Sudah Masuk Musim Hujan, Waspada DBD Mengancam Nyawa Keluarga Anda!
Pasien demam berdarah dirawat di rumah sakit. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selain ancaman Covid-19, Indonesia juga sedang masih memiliki ancaman penyakit menular lainnya yakni demam berdarah dengue (DBD), yang kasusnya meningkat di musim hujan.

Spesialis Anak Konsultan Penyakit Infeksi & Tropis Anak, Dr. dr. Debbie Latupeirissa, Sp.A (K) mengatakan DBD kerap muncul saat peralihan antara musim hujan ke musim kemarau.

"Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ‘dibawa’ oleh nyamuk Aedes Aegypti ini ditandai dengan gejala khas seperti demam tinggi tanpa disertai gejala lainnya, misalnya tanpa disertai batuk, pilek, ataupun sesak napas," ujar Dr. Debbie dalam keterangannya, Senin (28/2/2022).

Di antara gejala yang umum itu, ada juga gejala lain seperti nyeri di belakang mata, sakit kepala, nyeri sendi, hingga munculnya bercak merah pada kulit atau pendarahan.

Baca Juga: Hits Health: Perbedaan Gejala Omicron dan DBD, Kepribadian Pemilik Golongan Darah O

Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang menularkan virus dengue. (Sumber: Shutterstock)
Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang menularkan virus dengue. (Sumber: Shutterstock)

"Tapi biasanya bercak merah di kulit akan muncul di pertengahan atau di akhir periode DBD, dan jarang terlihat di awal terinfeksi," tuturnya.

Dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah, Bintaro Jaya itu membenarkan karena disebabkan virus, maka sifat penyakit ini self limiting disease atau bisa sembuh dengan sendirinya.

Tapi yang berbahaya dari DBD ini adalah masa kritisnya, yang periodenya disebut pelana kuda, saat demam turun dan terlihat membaik itu adalah masa kritis karena trombositnya bisa sangat rendah.

Itulah yang menyebabkan tidak jarang DBD memakan korban jiwa jika segera tidak mendapatkan penanganan.

"Terlebih lagi jika pasien DBD telah memasuki fase berbahaya, dan terjadi pada anak-anak berusia lebih kecil yang belum dapat mengutarakan kondisi mereka. Karenanya, banyak penderita DBD yang kemudian dirawat di rumah sakit untuk dipantau lebih ketat kondisinya," tutup dr. Debbie.

Baca Juga: Ini Perbedaan Gejala Omicron dan DBD, Waspadai Jika Mengalami Beberapa Tanda Ini!

Sementara itu data terbaru DBD sepanjang 2022 hingga 20 Februari 2022, sudah terdapat 13.776 kasus, dengan jumlah kematian mencapai 145 orang, dengan jumlah kelompok tertinggi terinfeksi DBD usia 15 hingga 44 tahun.

Adapun selama 2022 Bandung jadi kota tertinggi dengan DBD 598 kasus, kedua Depok dengan 394 kasus, Bogor 347 kasus, Sumedang 347 kasus, dan Cirebon 317 kasus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI