Covifenz: Vaksin Covid-19 Berbasis Tanaman Pertama di Dunia, Bagaimana Kemanjuran dan Efek Sampingnya?

Cesar Uji Tawakal | Rosiana Chozanah
Covifenz: Vaksin Covid-19 Berbasis Tanaman Pertama di Dunia, Bagaimana Kemanjuran dan Efek Sampingnya?
Ilustrasi vaksin Covid-19 (Freepik)

Vaksin Covid-19 ini dikembangkan oleh Kanada.

Suara.com - Pada hari Kamis, pemerintah Kanada menyetujui penggunaan Covifenz, vaksin Covid-19 berbasis tanaman pertama di dunia.

Vaksin ini dikembangkan oleh Medicago Inc, sebuah perusahaan biofarmasi yang dimiliki oleh Mitsubishi Chemical dan Philip Morris, yang terletak di Quebec City.

Menutut laporan Times of India, ini adalah vaksin pertama yang dikembangkan Kanada dan juga menggunakan teknologi protein nabati.

Sampai sekarang, Covifenz sudah diperbolehkan digunakan oleh orang berusia 18 hingga 64 tahun.

Baca Juga: 7 Ramuan Tradisional yang Terbukti Meningkatkan Konsentrasi Secara Alami

Otoritas kesehatan Kanada mengatakan efektivitas vaksin belum diketahui bagi mereka yang usianya di bawah 18 tahun dan di atas 64 tahun.

Ilustrasi vaksin covid-19 (Pexels)
Ilustrasi vaksin covid-19 (Pexels)

Berdasarkan situs resmi, Covifenz terdiri dari partikel mirip virus dari tanaman atau plant based virus-like particle (VLP) dari protein lonjakan virus corona Covid-19.

Vaksin menggunakan adjuvant AS03 Glaxo yang mengandung DL-alpha-tocopherol, squalene, polysorbate 80, phosphate-buffered saline.

Bahan lainnya termasuk kalium fosfat monobasa anhidrat, natrium klorida anhidrat, natrium fosfat dibasa anhidrat, dan air untuk injeksi.

Sederhananya, vaksin menggunakan protein tanaman untuk menghasilkan partikel yang menyerupai SARS-CoV-2.

Baca Juga: 7 Tanaman Obat Indonesia yang Terbukti Meningkatkan Testosteron Secara Alami

Covifenz terbagi menjadi dua sosis. Setiap dosis mengandung 3,75 mikrogram protein lonjakan (S) SARS-CoV-2 dan 0,25 mililiter adjuvant AS03.