Didiagnosis Kanker Payudara, Detektif Wanita Ini Malah Lega: Jadi Bisa Menghindari Beban Kerja!

Jum'at, 25 Februari 2022 | 15:30 WIB
Didiagnosis Kanker Payudara, Detektif Wanita Ini Malah Lega: Jadi Bisa Menghindari Beban Kerja!
Ilustrasi kanker (Pixabay/PDPics)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang mantan detektif bernama Hannah Bailey (44) dari Warwickshire, Inggris, justru merasa lega ketika didiagnosis menderita kanker.

Sebab, Hannah merasa pekerjaannya membuat kesehatan mentalnya berantakan, lapor Mirror.

Walaupun dia merasa pekerjaannya memuaskan, seiring waktu Hannah menjadi lelah dan merasa kasus-kasus menyedihkan memengaruhinya.

Dia sering menangis di rumah, mengalami kecemasan, kelelahan dan mimpi buruk mengerikan. Bahkan, suasana hati Hannah selalu berubah-ubah.

Baca Juga: Obat Kanker Payudara Produksi AstraZeneca Dinilai Berhasil Meningkatkan Kelangsungan Hidup Pasien

"Saya juga menyalahkan diri sendiri, saya pikir, saya adalah satu-satunya di tim yang merasa seperti ini da saya tidak cukup tangguh atau cukup baik untuk menghadapi semua itu," jelas Hannah.

Ilustrasi kanker payudara. (Redorbit.com/Thinkstoc)
Ilustrasi kanker payudara. (Redorbit.com/Thinkstoc)

Sebagai akibat dari kesehatan mental dan kesejahteraannya yang menurun, kesehatan fisiknya juga buruk. Ia pun mulai merasakan ada benjolan di payudara kirinya.

Hannah pun memeriksakan kondisinya dan tiga minggu kemudian pada 9 Juni 2011, ia didiagnosis menderita kanker payudara di usia 34 tahun.

Diagnosis ini membuat dirinya dan keluarga terkejut. Tetapi ia harus segera dioperasi untuk mengangkat benjolan di payudaranya.

Hari-hari berikutnya dihabiskan untuk mengatur jadwal perawatan kondisinya. Tetapi dalam tahap ini, Hannah justru merasa lega.

Baca Juga: Gabungan Obat Baru Ini Berhasil Menyelamatkan Ribuan Pasien Kanker Payudara Triple Negative

"Beberapa hari setelahnya, ada emosi lain yang saya rasakan dan itu melegakan. Perlahan-lahan saya sadar bahwa saya sekarang akan sakit jangka panjang, dan itu bisa menjadi alasan untuk menghindari beban kerja," imbuhnya.

Terlebih, ia juga harus menjalani kelenjar getah bening parsial pada bulan Juli, dan pengobatan kemoterapi mulai Agustus hingga Desember. Untungnya, atasan Hannah mendukung dan memberinya waktu cuti.

Namun, tiga bulan setelah ia kembali bekerja, kanker Hannah muncul kembali karena ia menemukan benjolan lain di payudaranya.

Hannah pun menjalani mastektomi penuh (operasi pengangkatan payudara) dan rekonstruksi pada payudara kirinya, pembersihan kelenjar getah bening, serta pengobatan kanker terapi sel dendritik, sebuah alternatif untuk kemoterapi, di Jerman.

Setelahnya ia kembali bekerja hingga 9 bulan kemudian Hannah merasa pekerjaannya itu kembali membuatnya 'sakit'.

Merasa harus mengubah kondisinya, Hannah mengundurkan diri pada Maret 2013 dan memutuskan untuk fokus pada terapi, membaca, dan mengubah pola makan.

Pada 2015, ia mendirikan perusahaannya sendiri Blue Light Well-being. Hannah juga melanjutkan perawatannya ke Jerman selama empat bulan pada 2014 dan mengelola PTSD-nya yang muncul akibat pekerjaannya.

"Pada akhirnya kita perlu mengambil tanggung jawab dan mencari bantuan yang tepat untuk kesejahteraan dan kesehatan mental kita sendiri," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI