Rekor 317 Kematian Akibat Covid-19 Dalam Sehari, Ahli: Keliru Menyebut Omicron Ringan!

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Jum'at, 25 Februari 2022 | 09:06 WIB
Rekor 317 Kematian Akibat Covid-19 Dalam Sehari, Ahli: Keliru Menyebut Omicron Ringan!
Pemakaman Covid 19
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kasus kematian Covid-19 di Indonesia sejak ditemukannya omicron kembali mencapai rekor tertinggi. Kementerian Kesehatan mencatat ada 317 pasien COVID-19 RI yang meninggal dunia pada Kamis (24/2/2022).

Sejak gelombang omicron melanda Indonesia, pemerintah seringkali menarasikan bahwa gejala omicron relatif lebih ringan. Tapi, awal Januari, Kepala WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus. telah memperingatkan agar tidak menganggap Omicron sebagai varian ringan. Ia menegaskan bahwa varian omicron juga menjadi penyebab kematian orang di seluruh dunia.

Senada dengan WHO, ahli patologi klinik Universitas Sebelas Maret dr Tonang Dwi Ardyanto, SpPK, PhD, FISQua, juga mengatakan bahwa sedari awal Indonesia keliru menarasikan bahwa omicron ringan.

Gejala omicron (Freepik)
Gejala omicron (Freepik)

"Kita menyebut "Omicron ringan" itu karena sudah pernah melewati fase yang sangat berat di Delta. Maka kita katakan bahwa Omicron itu ringan," ujar Tonang saat dihubungi Suara.com.

Baca Juga: Solusi Kesehatan Lengkap untuk Keluarga, MILVIK Dokter Dukung Skema Perawatan Covid-19 Kemenkes

Tonang menegaskan, meski demikian hal tersebut tidak berarti bahwa terinfeksi Omicron itu tidak berisiko. Artinya seorang yang terinfeksi Covid-19 tetap berisiko terjadi berburukan termasuk fatal hingga kematian.

"Awal-awal gelombang omicron, didominasi oleh Sub-varian BA.1 Ini yang memiliki pertumbuhan sangat lebih cepat daripada delta di saluran nafas, tapi 10x lebih lambat di paru-paru dibandingkan delta. Maka cenderung memang Omicron lebih ringan daripada delta," ujar Tonang.

Tapi, oada perkembangannya kemudian, mulai banyak sub-varian BA.2 yg secara genetik, jarak perbedaannya ke delta lebih dekat daripada BA.1 ke delta. Diduga termasuk risiko kerusakan di paru-parunya.

"Maka hal tsb yang diduga memicu peningkatan angka kematian akhir-akhir ini. Ini sebenarnya mengingatkan kita jangan salah memaknai kata-kata "Omicron itu ringan" karena disebut ringan itu dibandingkan delta, bukan berarti ringan yang tidak bahaya," ujar Tonang.

Baca Juga: Masyarakat "Sak Karepe Dewe", Kasus Covid-19 di DIY Pecah Rekor Tertinggi sejak Pandemi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI