Suara.com - Mengalami cemas karena masalah pekerjaan atau sekolah, apakah tergolong sebagai gangguan kecemasan?
Rupanya, rasa cemas dan gangguan kecemasan punya perbedaan loh, termasuk dari sisi pemicu hingga dampak yang dirasakan oleh seseorang.
Mengutip Hello Sehat, simak 4 perbedaan utama gangguan kecemasan dan rasa cemas berikut ini ya!
1. Faktor penyebab
Baca Juga: Studi: Bidan di Indonesia Alami Kelelahan Emosi dan Kecemasan Saat Rawat Pasien Selama Pandemi
Faktor penyebab alias pemicu rasa cemas dan gangguan kecemasan bisa berasal dari lingkungan ataupun diri sendiri.
Kondisi-kondisi tertentu memang dapat menimbulkan rasa cemas. Contohnya, ujian semester, interview pekerjaan, bertengkar dengan teman, atau deadline pekerjaan yang sudah dekat dapat membuat Anda cemas.
Namun, ini adalah rasa cemas yang wajar terjadi. Artinya, sebagian besar orang lain yang mengalami kondisi serupa mungkin juga merasakan hal yang sama.
Sementara itu, pemicu rasa cemas pada penderita gangguan kecemasan biasanya dari hal-hal sederhana yang terjadi sehari-hari. Artinya, sebagian besar orang tidak merasa cemas saat menghadapi situasi tersebut.
Contohnya, pergi ke toko membeli barang, atau bertemu dengan teman di pusat perbelanjaan. Bahkan, sering kali orang yang mengalami kondisi ini tidak memahami apa pemicu yang menyebabkan gangguan kecemasannya kambuh.
Baca Juga: 4 Hal yang Membuat Semakin Cemas, Stop Berpikir Berlebihan!
2. Intensitas dan frekuensi
Umumnya, orang merasa cemas tepat beberapa saat sebelum menjalani ujian. Akan tetapi, penderita gangguan kecemasan bisa jadi sudah merasa cemas berminggu-minggu sebelum hari ujian.
Bahkan, tepat sebelum menjalani ujian, muncul berbagai gejala gangguan kecemasan intens yang berpotensi membuatnya tidak mampu mengikuti ujian tersebut. Jika sudah demikian, rasa cemas yang ia alami bisa bertahan hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Oleh sebab itu, bisa dikatakan bahwa rasa cemas yang muncul saat Anda mengalami gangguan kecemasan memiliki frekuensi dan intensitas yang tinggi. Untuk mengatasinya, Anda tentu perlu memeriksakan kondisi tersebut ke psikolog atau dokter.
3. Gejala-gejala fisik dan psikologis
Saat merasa cemas, Anda mungkin hanya sekedar panik dan hanya bisa fokus terhadap pemicu rasa cemas tersebut. Namun, hal ini berbeda saat Anda mengalami gangguan kecemasan.
Selain rasa cemas, Anda juga akan mengalami berbagai gejala lainnya, seperti serangan panik, berkeringat, gemetar, jantung berdetak kencang, sakit kepala, mual, tidak bisa bernapas, hingga tidak bisa berbicara sama sekali.
Bukan sekedar itu saja, ada pula gejala psikologis yang mungkin muncul, seperti tidak bisa berkonsentrasi, dan tidak berpikir dengan baik.
4. Gangguan aktivitas sehari-hari
Beda cemas dan gangguan kecemasan juga dapat Anda perhatikan dari aktivitas sehari-hari. Jika merasa cemas, Anda masih bisa berkegiatan seperti biasa. Apalagi jika pemicu rasa cemas sudah berhasil Anda lalui.
Namun, hal ini belum tentu berlaku dengan penderita gangguan kecemasan. Mengingat rasa cemas cukup sering dan intens muncul, orang yang mengalami kondisi ini sering kali memilih untuk menghindari pemicu stres.
Masalahnya, penderita gangguan ini bisa saja merasa cemas dari hal sederhana, seperti bekerja dan pergi ke kantor, atau pergi belanja ke supermarket.